letter | edwanov |
Siapa saja dapat bisa membuat zine cukup dengan lem + gunting + kertas + pinsil atau dengan notebook +program word+printer …hehehe dan sekumpulan niatan untuk mengerjakanya + sedikit uang untuk fotocopy yeah.. Jadilah sebuah zine it’s KOMAZINE yang sudah di penghujung tahun come backnya komazine yang telah lama terdiam dan membisu anatara batas kematian dan kehidupan di tengah badai gelora kapitalisme yang tua dan semakin usang !!!
Zine adalah non-komersial, non-profesional, majalah bersirkulasi kecil yang oleh pembuatnya dibuat, dicetak dan didistribusikan sendiri. Dibentuk oleh sejarah panjang media alternatif di Amerikkka sana, zine sebagai sebuah bentuk media lahir di tahun 1930-an. Pada waktu itu para penggemar fiksi-fiksi ilmiah, melalui perkumpulan-perkumpulan yang mereka buat mulai membuat media yang mereka sebut fanzine sebagai cara untuk berbagi cerita-cerita fiksi ilmiah, opini serta berkomunikasi diantara mereka. Empat puluh tahun kemudian di pertengahan tahun 1970-an, pengaruh yang besar pada zine terjadi saat para fans musik punk rock dimana mereka jelas jelas tidak menghiraukan media media musik mainstream dengan mulai membuat zine tentang musik dan kultur mereka tersebut.
Sedangkan menurut saya sendiri, zine adalah sebuah perayaan perlawanan, kebebasan berekspresi, pemberontakan dalam sebuah media diluar media yang ada selama ini yang mendominasi.
Sedangkan menurut saya sendiri, zine adalah sebuah perayaan perlawanan, kebebasan berekspresi, pemberontakan dalam sebuah media diluar media yang ada selama ini yang mendominasi.
Memang pada kenyataannya sekarang ada juga yang dinamakan e-zine atau elektronik zine, namun disini saya mau bicara tentang zine tradisonal yaitu zine cetak saja…
walaupun memang awalnya adalah komunitas Dunia Bawah Tanah atau underground yang membuat media ini masuk ke dalam komunitas lainnya, sayangnya karena keterbatasan topik serta distribusi yang belum besar membuat zine seolah menjadi sebuah media eksklusif yang menuntut kualifikasi-kualifikasi tertentu untuk membuatnya. Padahal zine tidak pernah memiliki sebuah cara baku untuk membuatnya, isinya, apalagi pembuatnya. Semua orang bisa membuat zine karena zine adalah tentang semua orang. Punk bukan punk, anak underground atau bukan, anak kecil atau orang tua sekalipun, sendirian maupun beramai-ramai, zine bahkan tidak pernah menuntut pembuatnya untuk menjadi dirinya sendiri! Seseorang bisa saja menjadi seorang anak kecil, seorang perempuan nepal, seekor anak srigala, bahkan sebuah palu atau arit di dalam zinenya tanpa seorang pun berhak menilainya penipu ataupun aneh, karena zine adalah sebuah perayaan kebebasan berekspresi dalam sebuah media cetak yang tak berbatas.
Zine dinilai seharga biaya ongkos kirim atau biaya ganti fotocopy /cetak hingga beberapa Indonesia dollar rupiah ( IDR ) saja, namun barter atau saling bertukar dengan zine juga ok !
Zine dinilai seharga biaya ongkos kirim atau biaya ganti fotocopy /cetak hingga beberapa Indonesia dollar rupiah ( IDR ) saja, namun barter atau saling bertukar dengan zine juga ok !
saling bertukar zine dengan zine adalah umum dilakukan dan merupakan bagian dari budaya yang sudah diketahui sesama para pembuat zine. Distribusi umumnya dilakukan dari satu orang ke orang lainnya melalui pos, dijual di toko-toko buku dan musik, dibagikan atau barter di konser-konser punk,aksi-aksi massa di jalanan, pertemuan para penggila fiksi fiksi ilmiah dan pemberontak. Mereka diiklankan melalui mulut-ke-mulut dan media jejaringan social.
Karenanya saya tidak pernah menyukai peletakkan zine di distro/lapak dalam arti dilihat sebagai produk/komuditas, karena saya percaya zine adalah sesosok manusia dalam sebuah bentuk media cetak yang ingin sekali berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang di luar sana. Di dalam sebuah zine, khususnya zine-zine komunitas, akan terasa sekali istimewanya komunikasi serta pesan-pesan secara personal yang ingin disampaikan oleh para pembuatnya walaupun dalam bentuk tulisan saduran sekalipun serta cara mendisain yang mungkin secara umum ada yang mirip. Walaupun memang distro/lapak bisa jadi salah satu tempat distribusi, namun rasanya muaak juga melihat jajaran zine-zine yang penuh debu di dalam sebuah distro/lapak seolah melihat seseorang atau sekumpulan orang yang berteriak-teriak ingin mengobrol tapi tak kunjung ada seorangpun yang mau mengajak mereka bicara dan apakah mereka punya dunianya sendiri menjadi teralienasi di dalam kehidupanya ?
Zine dibuat bukan untuk uang, zine merupakan sebuah lilin kecil di tengah kapitalisme yang sedang sekarat. Zine untuk cinta. Cinta untuk berekspresi, cinta untuk berbagi, cinta untuk berkomunikasi, cinta untuk melawan, cinta untuk membebaskan dan cinta = CIu+ faNTA.
Dan sebagai salah satu bentuk protes terhadap sebuah budaya dan sistem yang menindas, zine juga dibuat dari sebuah…Kemarahan! rasa frustasi yang berefek kreatifitas yang melawan atau musnah menjadi partikel debu sebuah peradaban kapitalisme !!
So Far !
So Far !
So Good !
Sosialista !
….kapan nich, saya bisa liat zine kamu ?
…………………………...Barteran yuk’s
...let’s go !
koma love letters
KOMAZINE ….BUKAN UNTUK BIADAB