Kamis, 28 Mei 2015

Kebangkitan atau Kematian ( KOMA)

Kebangkitan Nasional 107 tahun kemudian

Memang sejak 17 Agustus 1945 kita sebagai bangsa yang sudah …Merdeka dari kolonialisme. Dan juga sudah 107 tahun yang lalu bangkit sebagai bangkitnya rasa nasionalisme bangsa yang sama terjajahnya senasip dan sepenanggungan di bawah sistem imperialisme yang menghisap sumber daya alam dan penindasan manusia atas manusia serta bangsa antar bangsa.

Kebangkitan Nasional 107 tahun yang lalu, apa hanya menjadi sebuah penanda kematian di bidang pendidikan yang semakin menjauh dari sebuah pembebasan untuk membebaskan penindasan, kebodohan, dan kemiskinan. Dan pendidikan Indonesia saat ini adalah pemenuhan kebutuhan pasar, yaitu kebutuhan tenaga kerja yang siap untuk tidak kreatif, kritis dan mau untuk kerja lembur, deadline dan siap kerja kontrak tanpa jaminan masa depan sebagai tenaga produktif buruh tak mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak saja apa lagi hidup sejahtera. Apa lagi untuk bersosialisai dalam hidupnya makanya ada selogan buruh jomblo karena sistem kerja yang tak adil begitu memakan waktu luang mereka untuk memenuhi target produksi. Dengan persaingan dan tenaga kerja yang banyak dan murah menghasilkan kompetisi yang menguntungkan pemilik modal (kapital) .

Cepat lulus sekolah : SMA, kuliah dan terus bekerja mengadu nasib dengan sebuah ijasah yang baru-baru ini banyak di temukan ijasah aspal. Hmm, Kenapa aspal yap’s.. asli tapi palsu tak perlu usaha   bersekolah yang menghabiskan waktu, cuma bayar dari sebuah lembaga pendidikan yang resmi maka bim sala bim abra kadabra.. munculah ijasah yang menujang untuk mendapatkan pekerjaan dan ada juga yang memenfaatkanya untuk naik posisi yang lebih baik begitu pula upah yang di dapatkanya.

Bekerja demi memperpanjang hidup, kalau tak bekerja kita tak selamanya bergantung kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin bertambah saja kebutuhan pokoknya selain makan dan minum, bersosialisasi dan kebutuhan baru seperti pakaian baru, pulsa dan gawai terbaru untuk dianggap seperti manusia lainya.

“Jika waktu adalah uang maka kecepatan adalah sebuah kekuasaan”. Paul Virilio, 2000. hmm.. generasi instan siap saji dalam kebutuhan pasar akan tenaga kerja murah dan terus di eksploitasi tenaga kerjanya. Lahirnya dari sebuah system yang tak adil yaitu kapitalisme berhasil menciptakan sebuah generasi instan dimana sistem pendidikan mencetak generasi muda yang produktif: Kritisisme dan kreatifitas yang dibonsai habis untuk kepentingan pemilik modal dan tentu saja untuk keabadian sebuah sistem kapitalisme itu sendiri.

@edwanovmikel  Mei 2015

Senin, 25 Mei 2015

PKI dan nama Indonesia

Tanggal 23 Mei, 95 tahun yang lalu sebuah organisasi politik di jaman penjajahan yang pertama kali memakai nama Indonesia. Organisasi politik yang pertama memakai nama Indonesia pada tahun 1920,  PKI setelah kongres di Semarang resmi memakai Partai Komunis Hindia dan tujuh bulan kemudian merubahnya menjadi Indonesia menurut mereka lebih menegaskan prinsip perjuangan organisasi politik dengan menggunakan nama Indonesia.

Namun ada versi lain yang mengatakan bahwa baru pada bulan juni 1924, melalui sebuah kongres di Weltevreden, Partai Komunis Hindia berubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Oleh sebab itu Belanda mencap kata Indonesia sebagai kata komunis. Untuk mencegah penyebarluasnya dalam gerakan pembebasan Indonesia.

PKI (Partai Komunis Indonesia) hubunganya tak sebatas kaum elite saja, meski mayoritas anggotanya yang secara sosial, ekonomi dan psikologis berada di kelas menengah: antara masyarakat tradisional dan modern. Ia juga memperluas keanggotaannya ke berbagai kalangan: pedagang, agamawan otodoks, kaum ningrat bawah, dan petani kaya, di luar Jawa atau bahkan tempat-tempat yang dikenal berada di luar pendukung komunis. Perlahan PKI menjadi besar karena mampu merefleksikan karakteristik pergerakan, yang menjembatani jarak antara konsep tradisional dan modern. Pada 1924 PKI memiliki 1.000 anggota.

Ketika PKI lahir, dunia tengah diselimuti imperialism. Namun sudah ada Kelas buruh dan terbentuk serikat-serikat buruh. Begitu pula sudah terjadi Revolusi Sosialis di Rusia pada Oktober 1971. “PKI adalah anak zaman yang lahir pada waktunya.” Membebaskan dari belenggu imperialisme, yang mencita-citakan masyarakat tanpa kelas.

Walau katanya PKI tak sempat tua ternyata sudah emapat puluh lima tahun dan di berangus oleh musuh ideologinya yaitu kapitalisme dengan menggunakan tangan militer dan yang paling dominan adalah perannya angkatan darat. Mereka melakukan adu domba di kalangan masayarakat bawah dengan menggunkan milisi sipi untuk melakukan pembataian terhadap para anggota simpatisan PKI dan para pendukung Seoekarno. Dan banyak juga yang di penjarakan tanpa peradilan dan di tetapkan tap MPRS no.25, tahun 1966 tentang pembubaran PKI dan penyebaran paham Komunisme serta ajaran Marxisme dan Leninisme. Undang-undang yang diskriminasi yang di tanggung oleh anak cucu yang kebetulan menjadi anggota serta simpatisan dan bahkan yang di PKI-an oleh rezim karena melawan pemerintahan rezim militeristik orde baru.

 Editor komazine





Rabu, 13 Mei 2015

M1 \ MAYDAY 2015


besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
~ Wiji Thukul , 18 November 1996

Pada awal mulanya, Mayday adalah hari rayanya kaum Pagan (penganut agama-agama kuno) di Eropa. Setiap 1 Mei, kaum Pagan merayakannya sebagai hari pertama berkecambahnya tanaman di musim semi. Masyarakat Celts dan Saxons kuno, merayakan Mayday sebagai hari raya Beltane atau hari raya Api. Bel adalah Tuhan Matahari bagi kaum Celtic. Tetapi, tidak ada yang menyimpulkan bahwa peringatan Mayday di era modern ini, sebagai kelanjutan tradisi suku bangsa Celtic di Kepulauan Inggris itu. Sejarah Mayday modern, adalah sejarah gerakan perlawanan kelas pekerja terhadap penindasan kelas majikan/pemilik modal (baca kapital).

Perayaan dimana hari lebaranya kaum buruh yang uniknya di Indonesia sebagai ajang silahturahmi kalau May day pasti berramai-ramai bertemu di jalanan di tengah kota Jakarta. Peringatan may day atau kata lainya hari buruh internasional selalu di rayakan di awal bulan Mei , ini adalah tahun kedua 1 Mei di jadikan kembali sebagai hari libur nasional di indonesia. Peringatan hari buruh internasional ini sendiri dilatarbelakangi perjuangan kaum buruh di abad ke-19 untuk menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari. Pada abad tersebut, bekerja selama 18 sampai 20 jam sehari merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh kaum buruh.

Perjuangan menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari ini diawali oleh kaum buruh di Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, puluhan ribu buruh di kota Chicago menggelar demonstrasi yang dalam waktu beberapa hari berubah menjadi pemogokan umum hingga membuat puluhan ribu pabrik terpaksa tutup.


Pada tanggal 4 Mei 1886, pemerintah merespon dengan membubarkan paksa aksi kaum buruh dengan menembaki para buruh hingga menimbulkan banyak korban buruh yang tewas tertembak. Insiden ini terjadi di Haymarket, Chicago, yang kemudian menimbulkan reaksi protes keras dari kaum buruh di negara-negara lain.

Setelah  129 tahun yang  telah berlalu dari Peristiwa Haymarket, 1886. Roda zaman terus putar.  Modal bertransformasi dalam berbagai bentuknya dan beranak-pinak tanpa mengenal batas-batas negara. Modal besar mencaplok pemodal kecil. Kekayaan pun mengalir dan terkonsentrasi pada hanya sekitar 1% penduduk dunia.

Sekelompok kecil kelas kapitalis tersebutlah yang sekarang memerintah dunia, menjadikan banyak tuan-tuan presiden dan para anggota parlemen, serta para kaum intelektual menjadi agen langsung ataupun tidak langsung untuk mengekalkan kepentingan mereka dalam mengakumulasi kapital(modal).

Pada akhirnya, kemiskinan tetap merajalela, upah (daya beli) tidak berdaya terhadap jumlah barang beredar, bumi tidak lagi tanah seindah impian. Masing-masing orang berlomba-lomba dan saling berkompetisi untuk mengumpulkan uang, mengutamakan dan mendewa-dewakan materi; terjebak commodity fetishism. Siapa dapat dialah pemenang; Yang lain terhempas, adalah kesialan dalm sistem yang memuakan ini (kapitalisme).


Negeri dunia ketiga atau kata lainya negeri yang sedang berkembang kempis nyaris sekarat dan hanya menjadi sapi perahan, nyaman terhisap sambil bermimpi hidup bergaya seperti kelas pemodal dalam opera sabun mandi yang sudah tak lagi wangi. Tunduk, tak bermartabat, mengidap inferiority complex. Sementara itu, kelas kapitalis kecil dan menengah (borjuasi) harap-harap cemas dan terancam bĂ ngkrut. Pilihannya menyerah pada tuan kapitalis besar, menjadi budaknya atau melawan dan kemudian tergilas dan mati tanpa ada perlawanan... manusia untuk menghapus penghisapan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas bangsa. Tak ada perubahan suatu kaum tanpa kaum itu mau merubahnya.

Redaksi Komazine 2015