Rabu, 13 Mei 2015

M1 \ MAYDAY 2015


besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
~ Wiji Thukul , 18 November 1996

Pada awal mulanya, Mayday adalah hari rayanya kaum Pagan (penganut agama-agama kuno) di Eropa. Setiap 1 Mei, kaum Pagan merayakannya sebagai hari pertama berkecambahnya tanaman di musim semi. Masyarakat Celts dan Saxons kuno, merayakan Mayday sebagai hari raya Beltane atau hari raya Api. Bel adalah Tuhan Matahari bagi kaum Celtic. Tetapi, tidak ada yang menyimpulkan bahwa peringatan Mayday di era modern ini, sebagai kelanjutan tradisi suku bangsa Celtic di Kepulauan Inggris itu. Sejarah Mayday modern, adalah sejarah gerakan perlawanan kelas pekerja terhadap penindasan kelas majikan/pemilik modal (baca kapital).

Perayaan dimana hari lebaranya kaum buruh yang uniknya di Indonesia sebagai ajang silahturahmi kalau May day pasti berramai-ramai bertemu di jalanan di tengah kota Jakarta. Peringatan may day atau kata lainya hari buruh internasional selalu di rayakan di awal bulan Mei , ini adalah tahun kedua 1 Mei di jadikan kembali sebagai hari libur nasional di indonesia. Peringatan hari buruh internasional ini sendiri dilatarbelakangi perjuangan kaum buruh di abad ke-19 untuk menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari. Pada abad tersebut, bekerja selama 18 sampai 20 jam sehari merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh kaum buruh.

Perjuangan menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam sehari ini diawali oleh kaum buruh di Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, puluhan ribu buruh di kota Chicago menggelar demonstrasi yang dalam waktu beberapa hari berubah menjadi pemogokan umum hingga membuat puluhan ribu pabrik terpaksa tutup.


Pada tanggal 4 Mei 1886, pemerintah merespon dengan membubarkan paksa aksi kaum buruh dengan menembaki para buruh hingga menimbulkan banyak korban buruh yang tewas tertembak. Insiden ini terjadi di Haymarket, Chicago, yang kemudian menimbulkan reaksi protes keras dari kaum buruh di negara-negara lain.

Setelah  129 tahun yang  telah berlalu dari Peristiwa Haymarket, 1886. Roda zaman terus putar.  Modal bertransformasi dalam berbagai bentuknya dan beranak-pinak tanpa mengenal batas-batas negara. Modal besar mencaplok pemodal kecil. Kekayaan pun mengalir dan terkonsentrasi pada hanya sekitar 1% penduduk dunia.

Sekelompok kecil kelas kapitalis tersebutlah yang sekarang memerintah dunia, menjadikan banyak tuan-tuan presiden dan para anggota parlemen, serta para kaum intelektual menjadi agen langsung ataupun tidak langsung untuk mengekalkan kepentingan mereka dalam mengakumulasi kapital(modal).

Pada akhirnya, kemiskinan tetap merajalela, upah (daya beli) tidak berdaya terhadap jumlah barang beredar, bumi tidak lagi tanah seindah impian. Masing-masing orang berlomba-lomba dan saling berkompetisi untuk mengumpulkan uang, mengutamakan dan mendewa-dewakan materi; terjebak commodity fetishism. Siapa dapat dialah pemenang; Yang lain terhempas, adalah kesialan dalm sistem yang memuakan ini (kapitalisme).


Negeri dunia ketiga atau kata lainya negeri yang sedang berkembang kempis nyaris sekarat dan hanya menjadi sapi perahan, nyaman terhisap sambil bermimpi hidup bergaya seperti kelas pemodal dalam opera sabun mandi yang sudah tak lagi wangi. Tunduk, tak bermartabat, mengidap inferiority complex. Sementara itu, kelas kapitalis kecil dan menengah (borjuasi) harap-harap cemas dan terancam bĂ ngkrut. Pilihannya menyerah pada tuan kapitalis besar, menjadi budaknya atau melawan dan kemudian tergilas dan mati tanpa ada perlawanan... manusia untuk menghapus penghisapan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas bangsa. Tak ada perubahan suatu kaum tanpa kaum itu mau merubahnya.

Redaksi Komazine 2015








Tidak ada komentar:

Posting Komentar