Jumat, 26 Agustus 2016

ODE POHON PETE


Jalan semakin panjang di tengah malam ketika pulang sang pejalan malam memang selalu saja pulang telat dari jadwal angkutan umum jadinya berjalanan menyelusuri tepi trotoar hingga ketemu anggkutan malam hari yang semakin jarang. Naik angkutan malam dengan ongkos dua kali lipat dengan suasana penuh curiga dengan penumpang kiri-kanan dan depen-belakang hmm.. sangat menegangkan penuh kewaspadaan.

Selalu saja malam membuat jalanan menuju rumah terasa semakin panjang. Tak begitu gelap untuk melewati jalan untuk pulang, melewati tempat tongkrongan yang nampak sepi tak seperti dulu semuanya telah berubah dimakan tuntutan hidup dan situasi semakin tak ramah untuk mereka para anak malam yang selalu saja dicibir orang tapi selalu saja dirindukan karena malam terlalu sepi tanpa kehadiran mereka di sudut bangunan dan pinggir jalan.

Sampai di sebuah mulut jalanan yang semakin sempit dan tata letak rumah nampak ada yang baru dengan penghuni lama yang pindah ke pinggir kota karena keadaaan ekonomi tak perpihak kepada mereka. Dan yang tak berubah adalah pohon pete yang tinggal tumbuh sendiri di tinggal mati oleh pohon asem di tetangga samping rumah karena tanah itu telah dibeli bersama rumah yang dulunya pemilik tanah sebagian kampung ini. Pohon pete tinggi dan rimbun dengan latar rumah tua nampak selalu kosong memang rumah itu kosong tak pernah di tempati sejak di bangun karena yang mempunyai adalah tuan tanah dan sudah beberapa kali pindah tangan tapi masih saja pohon pete dan rumah tua yang bobrok itu tetap saja berdiri menyambut para pejalan. Bagi yang bernyali kecil mungkin terlihat angker tapi karena suadah dari kecil jadi tak begitu menciutkan nyali mungkin para roh yang berdiam disana sudah kenal akrab satu kampung jangan saling mengganggu. Banyak cerita yang hanya pepesan kosong belaka kalau rumah dan pohon pete ada penunggunya hahaha masih saja di jaman yang terlalu canggih ini masih saja takut dengan mahluk goib pada hal kita juga seperti mahluk goib lewat dunia maya apa lagi yang eksis dengan sosmed hahaha kenalnya lewat chating dan foto tapi belum ketemu langsung ..eh di pasang avatar yang menarik jadinya lebih asyik ngobrol walau nggak tau siapa di ujung sana yang di ajak ngobrol hihihi. Sudahlah hari sudah pagi saatnya beristirahat dan masuk ke dalam dunia maya sebentar liat ada apa gerangan disana.

Edwanov Maret 2015

Dimuat komazine no.18 LIRIK

Kamis, 18 Agustus 2016

Jalan Kimia

jalan kimia 2006-2016

Menatap langit di pinggir kali Ciliwung diantara bekas pemukiman pinggiran kali di Jalan Kimia, Menteng. Tempat ini pinggir kali merupakan rumah kedua bagi Koma (KOmunitas warung eMAk) komunitas diskusi warung emak di pinggir jalan Kimia, karena deretan warung disini di sebut Warung Emak. Komunitas yang ikut membidani komunitas lainya seperti KPK (Komunitas Pinggir Kali), TBK (Taman Bacaan Kimia),  akhirnya dengan semangat yang baru menjadi KBBT (Komunitas Baca-Baca di Taman). Dan komunitas lainya yang pernah singah dan terbentuk disana.

Di jalan ini dan pinggiran kali merupakan tempat yang membuat nyaman apa lagi saat itu masih banyak pohon yang rindang sehingga siang hari yang terik penuh penat dan macetnya Jalan Diponogoro, tempat ini adalah sebuah ruang untuk melepaskan kepenatan dan bertukar ide dari hal-hal yang konyol sampai yang serius, yap’s.. Jalan Kimia menjadi tempat yang banyak merekam kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan dalam hidup.
jalan kimia 2016

Penggusuran memang datang dan pergi dari Jalan Kimia yang berderet warung emak dan pemukiman pinggir kali dan menjelang senja, bemo pun menyinggahi tepi jalan sebab disanalah singgasana mereka. Walau kendaraan warisan GANEFO itu sudah dianggap usang oleh arus modernitas, tapi bemo masih memiliki pasarnya yang tak habis dimakan zaman.
jalan kimia bemo 2014

pinggir kali 2014

Kimia kali ini memang benar-benar habis di bersihkan tak seperti penggusuran yang lalu hanya temporer, hari ini di gusur besok bangun lagi. Pinggiran kali ini di akan di bangun taman dan pedagang dan pemukiman yang sejak era kemerdekaan ini. Menjadi saksi perubahan politik Indonesia yang sudah berumur 71 tahun MERDEKA.. dari peristiwa Cikini, GESTAPU 65, 27 Juli 1996, Reformasi 98 dan banyak lagi peristiwa lainya yang tak tertulis disini.

Jalan Kimia ada di sebelah kiri Jalan Diponogoro dan sebelah kanan Jalan Mendut. Perbatasan Kelurahan Menteng dan Senen di belah oleh aliran Kali Ciliwung. Menurut para Ibu-Ibu di sana yang sudah beranak cucu di tempat ini dahulu jalan ini namanya Gang Kucing karena dahulunya banyak kucing tak tahu pasti kapan tahun dan tanggalnya. Lalu berubah lagi menjadi Jalan Sibiset dan ini adalah pergantian yang ketiga kalinya dan bernama Jalan Kimia hingga kini.

Mungkin penduduk di pinggiran kali di jalan kimia ini seperti bajing yang selalu saja lewat diantara kabel di jalan ini diantara pepohonan yang tersisa. Bajing “naik turun pohon kelapa mencari penghidupan” kata Multatuli. Bajing  bergerak naik atau turun ke kiri dan kekanan. Bajing ada di tempatnya seperti nenek moyangnya dulu sebelum Menteng berubah menjadi perumahan elit. Bajing tak bertransmigrasi seperti burung karena ia tak punya sayap tapi bisa melayang walau tak bisa terbang layaknya burung.


Para penduduk yang semakin kecil tinggal bertahan di jalan kimia sekarang bertahan di pekarangan bekas kedutaan Polandia yang kosong. Gundah dengan ketidak pastian melanjutkan hidup berjualan melayani para pelanggan karyawan yang tak cukup membeli makan di restoran dan nongkrong di café yang menjamur di kawasan itu. Makan di pinggiran gajihnya hanya cukup buat makan disana. Desas-desus kalau tak boleh lagi tinggal dan menaruh gerobak dan berdagang disana ..hmm mungkin juga penduduk kimia seperti bajing yang bisa bertahan diantara perubahan zaman.


Edwanov Agustus 2016

Selasa, 16 Agustus 2016

Di depan pintu gerbang saja (bingung)



Namanya temanya saya Muhammad tapi Dia bukanlah seorang Nabi. Setelah lulus SMA dan tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena biaya yang tak tergapai untuk mendaftarkan di menara gading itu. Tapi dia tak kalah dengan mahasiswa jurusan politik , dia adalah pengamat politik di warung kopi di belakang kampus dengan analisis pertentangan kelas yang di dapatnya dengan mengikuti organisasi sayap kiri yang berlandaskan pada saat itu sosdemkra. Walau pun di punya kesadaran kelas dia tak mau di sebut aktifis tapi lebih enak di sebut pemberontak , katanya “ sambil menyeruput kopi hitam”.

Ada pula pengamen bernama asli Wiski wah pasti Bapaknya gila miras nih. Dia tak mau lagi di sebut sebagai pengamen semenjak mengikuti kurpol organisasi , dia memilih di sebut sebagai lumpen proletariat yang katanya itu kelasnya hmm lebih keren dari pada di sebut ANJAL (anak jalanan). Anjal karena anjal sudah jadi brand imaj-nya Ali Topan yang sok menjadi anjal.

Muhammad dan Wiski dua orang dengan kesadaran kelas yang maju walau pun tak seberuntung Aku yang masih bisa melanjutkan ke menara gading.  Dan satu lagi di saat awal kuliah ketemu seorang mahasiswa yang cukup popular dan punya masa lalu keluarganya dengan partai terlarang walau pun itu dari garis keturunan Bapaknya tapi di menjadi seorang yang kritis dan berfilsafat, membuat orang yang berbincang-bincang denganya sampai lupa kalau waktu terkadang sudah hampir pagi. Tapi namanya sebut saja si A karena tak tau nama aslinya.

Kali ini Aku tidak menceritakan ketiga orang itu saat pertama Aku menginjak ke menara gading. Menjadi mahasiswa di tuntut untuk lulus empat tahun menjadi sarjana dan cepat kerja. Itulah impian idealnya tapi nyatanya setelah lulus dengan nilai yang lumayan  dan tak dapat pekerjaan dengan upah yang layak. Harus kerja kontrak kaya jaman kompeni kalau pada saat diskusi katanya ini adalah neokolonialisme , kita merdeka tapi kalau kata Soekarno baru cuma sampai di depan pintu gerbang waduh mana pintu gerbangnya banyak banget penjaganya, jadi suasah masuknya eeh yang di kasih masuk malahan orang asing yang siap untuk bersaing di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) asuu tenan bagaimana Aku bisa dapet kerja sudah kalah duluan mentalnya .. kalah sebelum bertarung karena masih dengan stigma mental inlander berengsek yang selalu saja di pupuk dan tumbuh subur sebagai mental kharakter bangsa Indonesia yang selalu saja menjadi budak di antara bangsa-bangsa walau kita mempaunyai sumber daya alam yang sangat kaya raya tapi cuman menjadi penontoh , yang benar menjadi penonton berarti sudah hidup berkecukupan bisa menonton.  Bukanya cuman menjadi pelengkap dari penindasan kapitalisme yang semakin kuat untuk mencengkram sebagai sebuah sistem yang ideal yang tak akan pernah bisa di gantikan. Tapi revolusi adalah mencipta menghancurkan sistem lama dan membangun sistem baru untuk masyarakat adil dan makmur!!

Aka mereka panggil namaku Januari 2016
di muat di komazine no.18 LIRIK

Sabtu, 13 Agustus 2016

Melirik Barbie


melirik barbie 

KEN: Hey
BER:    (….)
KEN: Hey kok diem aja !!
BER: Siapa Nih!!
KEN: Masa lupa gue kan Ken ..Barbie
BER: Hey juga , mau kenalan ya.. Ngak usah ngaku-ngaku Ken deh?
KEN: Aku kan Ken ..!! Ken Tut..  Beb. Nggak GUE  cuman mau tanya aja, status kamu palsu ya!!
BER: …hmm ?!!?
KEN: Rambut kamu sepertinya palsu ya..?
BER: Asli kok ini... sembarangan,Lirik dong.. Kepalaku saja yang palsu.
KEN: Kalau otaknya ??
BER: Otak pakai sistem Kapitalis Mas bro..
KEN: Oh..kalau gitu kita sama dong!!
BER: sama apanya???
KEN: sama-sama penindas. Aku sistem Feodal
BER: Ih kamu sisa feudal , pasti keturunan raja ya..
KEN: Ih kamu peramal yak, Kok tahu aja ..hihihi
BER: Aku kan pemilik Modal , kalau kamu tuan tanahnya (senyum2 sendiri)
KEN: Ehh, ngomong2 ..kalau Bulu matanya yang lentik badai itu, palsu juga dong!!
BER: Ini asli loh dari manusia , bukan sintetis Mas bro..!
KEN: Pasti dari buruh kamu paksa ya untuk copoton bulu matanya untuk membeli IPhone ya, sama perawatan biar mulus cantik ala kamu yaaa … babiii  eeh langsing kaya kucing kurus di papan.



Edwanov  Februari 2016
di muat komazine No.18 LIRIK

Ada Apa Dengan Buku

komazine 18 Lirik

Pada suatu hari di hari terakhir UAS pas Gue lewat kampus eeh tiba-tiba pengen masuk ke dalam perpustakaan kampus mau cari buku siapa tau bisa nambah pengetahuan sekalian bisa lirik yang jaga perpus yang cantiknya alami gaya perempuan Indonesia banget …Setelah gue dapet buku, dan cari tempat untuk memebaca ehh kebetulan ada tempat duduk kosong di sebelah seorang cewek yang lumayan cantik walau pun cantiknya menjadi tak terlalu buat terperana melihatnya, karena cantiknya menjadi standar  karena ia bergaya menganut apa yang kapitalisme yang standarisasikan cantik itu bla.. bla.. . Di sebelah cewek cantik itu adalah bangku kosong satu-satunya karena yang lain penuh maklum lagi ujian jadinya pada ngebut baca buku biar pintar instan bro.. Karena di perpus ngak boleh berisik, Gue bertanya lirih ke Dia, “Mbak, saya boleh duduk disini?
Eh.. tau-taunya dia jawab keras banget.. “elo mau duduk disebelah Gue supaya bisa ngajak Gue tidur ntar malem..!! Gak sopan banget sih loe..!!” Haduh.. seluruh orang yang di perpus pada ngeliatin Gue dengan pandangan jijijk..

Males ribut di perpus, Gue ngak jadi duduk, gue balik lagi ke rak buku. Eh ternyata tuh cewek nyusul ke Gue, terus berbisik.. “Mas,Saya mahasiswa psikologi, saya suka mengamati bagaimana reaksi cowok ganteng terhadap penolakan dan di permalukan.. maaf yaa, kalau bikin kaget..” dengan senyum manisnya ia agak sedikit menyesal.
Gue jawab aja dengan suara keras,,”hah lima juta..?? Mahal ahmad Eh banget.. temen-temen bilang tarif Loe cuman sertus ribu full time lagi..?? “ satu perpus pada ngakak sambil lempar-lempar kertas, buku, botol plastik ke dia.. sementara di cuman bengong..
Terus gue bisikin ke dia.. “ Mbak, Saya mahasiswa akuntansi, saya selalu membuat kondisi balance.. maaf ya kalau bikin kaget.. tapi tambah cantik loh.. serius”
Dan akhirnya berlanjut sambil tukeran handphone karena tukeran nomer atau pin sudah terlalu mainstream.

Dijahit oleh UU
di muat komazine no.18 #LIRIK