Namanya temanya saya Muhammad tapi Dia bukanlah seorang Nabi.
Setelah lulus SMA dan tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena biaya
yang tak tergapai untuk mendaftarkan di menara gading itu. Tapi dia tak kalah dengan
mahasiswa jurusan politik , dia adalah pengamat politik di warung kopi di
belakang kampus dengan analisis pertentangan kelas yang di dapatnya dengan
mengikuti organisasi sayap kiri yang berlandaskan pada saat itu sosdemkra.
Walau pun di punya kesadaran kelas dia tak mau di sebut aktifis tapi lebih enak
di sebut pemberontak , katanya “ sambil menyeruput kopi hitam”.
Ada pula pengamen bernama asli Wiski wah pasti Bapaknya gila
miras nih. Dia tak mau lagi di sebut sebagai pengamen semenjak mengikuti kurpol
organisasi , dia memilih di sebut sebagai lumpen proletariat yang katanya itu
kelasnya hmm lebih keren dari pada di sebut ANJAL (anak jalanan). Anjal karena
anjal sudah jadi brand imaj-nya Ali Topan yang sok menjadi anjal.
Muhammad dan Wiski dua orang dengan kesadaran kelas yang maju
walau pun tak seberuntung Aku yang masih bisa melanjutkan ke menara
gading. Dan satu lagi di saat awal
kuliah ketemu seorang mahasiswa yang cukup popular dan punya masa lalu
keluarganya dengan partai terlarang walau pun itu dari garis keturunan Bapaknya
tapi di menjadi seorang yang kritis dan berfilsafat, membuat orang yang
berbincang-bincang denganya sampai lupa kalau waktu terkadang sudah hampir
pagi. Tapi namanya sebut saja si A karena tak tau nama aslinya.
Kali ini Aku tidak menceritakan ketiga orang itu saat pertama
Aku menginjak ke menara gading. Menjadi mahasiswa di tuntut untuk lulus empat
tahun menjadi sarjana dan cepat kerja. Itulah impian idealnya tapi nyatanya setelah
lulus dengan nilai yang lumayan dan tak
dapat pekerjaan dengan upah yang layak. Harus kerja kontrak kaya jaman kompeni
kalau pada saat diskusi katanya ini adalah neokolonialisme , kita merdeka tapi
kalau kata Soekarno baru cuma sampai di depan pintu gerbang waduh mana pintu
gerbangnya banyak banget penjaganya, jadi suasah masuknya eeh yang di kasih
masuk malahan orang asing yang siap untuk bersaing di era MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) asuu tenan bagaimana Aku bisa dapet kerja sudah kalah duluan
mentalnya .. kalah sebelum bertarung karena masih dengan stigma mental inlander
berengsek yang selalu saja di pupuk dan tumbuh subur sebagai mental kharakter
bangsa Indonesia yang selalu saja menjadi budak di antara
bangsa-bangsa walau kita mempaunyai sumber daya alam yang sangat kaya raya tapi
cuman menjadi penontoh , yang benar menjadi penonton berarti sudah hidup
berkecukupan bisa menonton. Bukanya
cuman menjadi pelengkap dari penindasan kapitalisme yang semakin kuat untuk
mencengkram sebagai sebuah sistem yang ideal yang tak akan pernah bisa di
gantikan. Tapi revolusi adalah mencipta menghancurkan sistem lama dan membangun
sistem baru untuk masyarakat adil dan makmur!!
Aka mereka panggil namaku Januari 2016
di muat di komazine no.18 LIRIK
di muat di komazine no.18 LIRIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar