Kamis, 19 November 2015

Syren dan Kopi

Syren dan Kopi
|Nyanyian Merdu Putri Duyung di Tengah Kota|

“No siren did ever so charm the ear of the listener as the listening ear has charmed the soul of the siren.”
~ Henry Taylor


   Nyanyian yang mendayu-dayu pengantar tidur menuju keabadian, Syren melambaikan nada-nada kematian dalam sebuah café. Siapa itu Syren? Jauh berbeda dengan ratu setan atau semacamnya, Syren sendiri adalah putri duyung berekor kembar dalam mitologi Yunani yang menjadi lambang starbucks. Adalah dalam Mitologi Yunani sendiri, Syren atau ‘’’Seirenes’’’ (bahasa Yunani: Σειρῆνας) adalah makhluk legendaris, termasuk kaum Naiad (salah satu kaum nimfa yang hidup di air) yang hidup di lautan. Mereka tinggal di sebuah pulau yang bernama Syrenum Scopuli, atau menurut beberapa tradisi berbeda mereka tinggal di tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Syrenusian dekat Paistum, atau di Capreae, yang mana semuanya adalah tempat-tempat yang dikelilingi oleh batu karang dan tebing. Mereka mempunyai suara yang sangat merdu, mereka sering menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang dan tenggelam. Begitu juga kita yang menjadi bagian dari konsumen, terpikat dengan nyanyian merdu sebuah prestise brand sebuah Starbucks hmm.. sesaat hasrat ingin menikmati sebuah prestise meminum kopi dan duduk disana dengan sebuah kebanggaa sebagai eksistensi dianggap sebagai manusia yang sama-sama terbuai oleh nyanyian konsumtif.


   Konsumtif merupakan sebuah kebutuhan akan sebuah eksitensi dan prestise dalam setiap diri manusia untuk dianggap keberadaanya dengan mansia lainya sebagai standarisasi hidup di dalam system kapitalisme. Di mana setiap orang terbelengu hidup tak merdeka, karena mereka terjerat oleh hasrat yang di buat oleh kapitalisme dalam mengumpulkan modalnya. Menghisap nilai kerja dan upah para buruh.



   Nyanyian merdu Syren yang sampai di telinga mengajak untuk konsumtif, duduk-duduk sambil menikmati dunia maya dan ngopi lagi… penuh dengan gengsi semata walau nanti pulang sampai di rumah harus mampir ke warkop dan menghutang satu gelas kopi dan sebungkus rokok dengan obrolah hangat hari ini yeah.

Uu September 2013
Dimuat komazine #14_ eeh koma

Forever Young


“ Usia saya saya akan selalu tetap, kepala di awan dan mulut penuh kue. ”
~ Morissey


Ketika mentari pertama di tahun ini panasnya meresap ke kulit ari, mata masih ingin tertutup lagi tapi Aku ingin menikmati pagi hari pertama di tahun yang baru ini. Aku benci untuk berpikir bahwa, pertumbuhan hanya cepat ketika pipi Saya & Anda masih memerah seperti dadu dan berembun seperti pagi, ketika mata Anda adalah sepasang dua bola bulat penuh dengan sinaran optimisme, ketika bau Anda & Saya seperti mentari dan semerbak bau permen loly pop mendorong dan satu-satunya set kosmetik masa remaja Saya & Anda waktu itu mampu membuat keceriaan sepanjang hari tanpa sebuah kegundahan.


Suatu hari Saya & Anda akan berhenti tumbuh dan menjadi sangat lambat, segala sesuatu yang lain akan tampak bergegas, dan bukan itu aku takut menjadi tua, itu adalah rasa terdistorsi oleh bisikan waktu yang berjalan laju berlari sangat kencang, ketika Anda kehilangan kemampuan membuat lompatan dengan cepat. Saya ingin terus maju, tumbuh terus sepanjang nafas berhembus, seperti Anda ya.. kalian semua dan setiap makhluk megah lain di dunia ini.


Sepertinya tadi malam saya melihat begitu banyak lampu di kota ini begitu berbeda. Dan beberapa orang terbungkus dalam tirai dan etalase. Dalam pinggiran hitam dan nuansa lain dari biru yang sedikit gelap. Tapi tidak begitu banyak tanda-tanda perdamaian kepulan asap dari rokok batang terakhirku membuat udara yang menjadi gelap tak ada ujung. "Apa yang anda pikirkan? Pertanyaan FB saat membuka" bermain di lingkaran sepertinya tak berujung jalan keluar, tak terdengar keramaian, diam dari dalam kepalaku. Tulisan surat kabar hari ini terasa berhuruf tebal tanpa tanda baca menghabiskan nafas panjang yang terengah-engah oleh usia. Aku ingin hidup seribu tahun lagi kata Chairil Anwar, tapi menjadi tua adalah kodrat alami manusia.


Sindi @sindsindika Januari 2015
Dimuat di komazine #17 hey, februari


Hatam sistem yang kejam




Di desa, di kota
Dimana-mana
Masih banyak yang menderita
Katanya negara merdeka

Kenapa masih ada yang di jajah
Buruh berupah murah
Petani tak bertanah
Banyak anak  tak sekolah

Apa kita harus diam
Apa kita harus membungkam
Ayo, bangun dan hantam
Semua sistem yang kejam


Azis Gunawan Maret  2014
Di publikasi Komazine 17 _hey, februari


Senin, 16 November 2015

1965

sembilan belas enam lima
65 _edwanov

Para pelakon ini seperti kehabisan peran panggung ini: dunia sandiwara. 
Mungkin Aku salah satunya: pelakon yang tak punya peran. Berpura-pura menjadi penonton yang baik. Ada, penonton yang enggan untuk pulang, menari di tarik terus diulur serangkai rantai berpegang pada cahaya yang nampak telanjang di tanggakap mata. Panggung ini seperti di punggungi kebimbangan sunyi penuh ratapan dan air mata darah. Sepi pun ikut bertepuk di bangku kosong dengan hembusan angin yang tak berubah sedikit pun dingin mengigit kulit. Langit-langit membikin semacam hujan menaburkan warna kelam dan aroma amis darah . 

Remang-remang datang menghampiri keragu-raguan mengatur bayang-bayang. Panggung ini seperti bangku penonton yang tak panjang, bimbang, ikut menahan hati gemetar dengar jeritan masa lalu yang terkubur begitu dalam. Seperti dalam makam, liang yang dalam, tapi  tak bisa beranjak keluar. Ada yang berziarah menaburkan melati dan menyirami dengan air mawar, harum itu, satu-satunya kabar yang membuat warna mirip cahaya pembebasan tapi selebihnya abu-abu bahkan menghitam dalam gelapan penuh misteri yang seakan tak ada habisnya. Misteri yang tragis tak sedap untuk di kenang enam lima pun terkekang erat masuk kedalam liang yang semakin dalam.

Uu Januari 2015