sembilan belas enam lima
65 _edwanov |
Para pelakon ini seperti
kehabisan peran panggung ini: dunia sandiwara.
Mungkin Aku salah satunya:
pelakon yang tak punya peran. Berpura-pura menjadi penonton yang baik. Ada,
penonton yang enggan untuk pulang, menari di tarik terus diulur serangkai rantai
berpegang pada cahaya yang nampak telanjang di tanggakap mata. Panggung ini
seperti di punggungi kebimbangan sunyi penuh ratapan dan air mata darah. Sepi
pun ikut bertepuk di bangku kosong dengan hembusan angin yang tak berubah
sedikit pun dingin mengigit kulit. Langit-langit membikin semacam hujan
menaburkan warna kelam dan aroma amis darah .
Remang-remang datang menghampiri
keragu-raguan mengatur bayang-bayang. Panggung ini seperti bangku penonton yang
tak panjang, bimbang, ikut menahan hati gemetar dengar jeritan masa lalu yang
terkubur begitu dalam. Seperti dalam makam, liang yang dalam, tapi tak bisa beranjak keluar. Ada yang berziarah
menaburkan melati dan menyirami dengan air mawar, harum itu, satu-satunya kabar
yang membuat warna mirip cahaya pembebasan tapi selebihnya abu-abu bahkan
menghitam dalam gelapan penuh misteri yang seakan tak ada habisnya. Misteri
yang tragis tak sedap untuk di kenang enam lima pun terkekang erat masuk
kedalam liang yang semakin dalam.
Uu Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar