Sabtu, 27 September 2014

Selayang Pandang-Pandangan




Mungkin zine ini Cuma seekor kunang-kunang yang mencoba memberi cahaya di kegelapan, saat sudah banyak cahaya kuang-kunang pun pergi ketempat yang tanpa cahaya, bukanya seperti laron-laron yang mencari cahaya yang gemerlap dan berkeumun mengelilinginya.

Komazine saat ini sudah 15 kali terbit di awal tahun 2014 penuh dengan sebuah semangat, harapan yang masih tetap terjaga. Komazine banyak juga yang masih bertanya? Tandanya mau tahu, apa! mau tau banget ? Kepo deh hahaha. Koma adalah  antara kematian dan kehidupan di dalam kehidupan kapitalisme yang begitu kuat membelengu kehidupan dan pikiran kita sehari-hari mungkin sebagian orang yang beranggapan kapitalisme adalah sistem yang ideal tak tergantikan hahaha halusinasi ketidak sadaran akan kelasnya. Koma melawan karena ketidak sadaran, kalau komazine adalah sebuah zine saja yap, zine suatu majalah kecil amatiran mempunyai wujud cetak dengan mesin foto copyan yang melawan sebuah dominasi magazine yang komersil dan penuh dengan keglamoran untuk mengakumulasi modal dan akhirnya Cuma menjadi alat penindasan bagi para buruh yang bekerja di sana. 




Mungkin banyak juga yang mengusung nama koma tapi koma tetaplah koma sebagai kata penghubung sebuah jeda dalam membaca atau pun koma dalam artian medis menurut wikipedia adalah tak tersadarkan. Koma (dari Bahasa Yunani yang berarti "tidur nyenyak") dalam dunia kedokteran, adalah suatu kondisi hilang sadar yang sangat dalam. Pasien koma tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat timbul karena berbagai kondisi, termasuk keracunan, keabnormalan metabolik, penyakit sistem saraf pusat, serta luka neorologis akut seperti stroke dan hipoksia, gegar otak karena kecelakaan berat terkena kepala dan terjadi pendarahaan di dalam tempurung kepala. Koma juga dapat secara sengaja ditimbulkan oleh agen farmasentika untuk mempertahankan fungsi otak setelah timbulnya trauma otak lain.






Kata koma di balik menjadi amok, amuk mengamuklah lepaskan emosi heehee, komazine di lahirkan sekitar tahun 2008 di daerah Menteng Jakarta Pusat hmm Koma pada awalnya sebuah tongkrongan komunitas dan mempunyai sebuah media komuntas pertamanya cuman selebaran yang di tempel di kampus-kampus atau di pinggir jalanan sekitaran 2007 dan isinya sebuah kegelisahan masalah sosial masyarakat, dan terlahir edisi pertama dan masih pada saat ini juga Cuma terbit sekali saja, news letter 4 halaman berjudul sebelum titik dan Cuma-Cuma seperti udara alias gratis.

Komazine siapa sih manusianya kalau boleh dijawab yap bergonta-ganti personilnya udah kaya band saja tapi saat ini masih mencoba menyapa dengan kembali menerbitkan zine yang mungkin tak layak juga untuk di walau pun dengan sebelah mata apa lagi di baca, isinya hanya bualan yang terlampau memuakkan kadang katanya membuat kangen pembacanya penasaran dengan apa yang berikutnya sesuatu yang tak layak lagi untuk dibaca maaf “haaa.. siim sedikit flu di musim hujan, bro..”. Bagi yang mempunyai pandangan yang berwarna hampir mirip atau sama seperti kami bolehlah kita berkenalan tak usah PHP-an nanti malah galau-galauan lagi, kalau cinta bilang saja terus terang seperti lampu terus terang terus oi... kapan kita jalan bareng menjahit tulisan dan melahirkan dalam bentuk zine ..hmm .


Koma kolektif, dalam koma hahaha tak sadar bahwa selama ini kita tertindas oleh kelas yang berkuasa atas kepemilikan modal, hidup ini memang tersa koma hambar mati ogah hidup tak mau hidup seperti hidup ini hambar, koma memberikan sedikit garam agar tak terlampau hambar membuat hidup ini hiduplah itu maunya kalau mau mati kordinasi dulu soalnya biatya pemakaman mahal sama seperti biaya hidup di bawah belengu kapitalisme ini .

Kata orang-orang katanya juga sih tak kenal maka tak sayang, sudah sayang-sayangan malah cela-celaan akhirnya berseteru hahaha. Mungkin sekilas pejalan zine ini Cuma bualan saja tak usah di pikirkan namanya juga zine yang koma udah mau mati mungkin kalau hidup juga suram namanya juga koma banyak juga yang mengharapkan titik. Sebuah titik jenuh dengan kesabaran kalau koma maunya amok ..mengamuk, yeah berdansa dengan kemarahan.

Ya, sudah selayang pandang-pandangan yang membuat kalian atau anda tak bisa menjatuhkan pilihan untuk membaca komazine sebab zine ini membuat perut anda mual bila membacanya terkena diare bahkan kematian bila anda memang sudah saatnya di jemput ajalnya hahahahaha.

Edwanov Jakarta  saat malaikat senja tersenyum cuaca mendung di bulan November 2013 dengan sedikit back sound. Rumah Sakit~bernyanyi menunggu, terus.. Bunga Hitam~setara, hmm..
KOMAZINE NO.15 AMOK JANUARI 2014

Sabtu, 09 Agustus 2014

Judulnya: SANDAL JEPIT

hey  edwanov 2014




Disebuah toko sepatu di kawasan perbelanjaan termewah di sebuah kota , nampak di etalase sebuah sepatu dengan anggun diterangi oleh lampu yang indah. Dari tadi dia nampak jumawa dengan posisinya, sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan designnya, haknya yang tinggi dengan warna coklat tua semakin menambah kemolekan yang dimilikinya.

Pada saat jam istirahat, seorang pramuniaga yang akan makan siang meletakkan sepasang sandal jepit tidak jauh dari letak sang sepatu. “Hai sandal jepit, sial sekali nasib kamu, diciptakan sekali saja dalam bentuk buruk dan tidak menarik”, sergah sang sepatu dengan nada congkak.

Sandal jepit hanya terdiam dan melemparkan sebuah senyum persahabatan. “Apa menariknya menjadi sandal jepit ?, tidak ada kebanggaan bagi para pemakainya, tidak pernah mendapatkan tempat penyimpanan yang istimewa, dan tidak pernah disesali pada saat hilang, kasihan sekali kamu”, ujar sang sepatu dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.

Sandal jepit menarik nafas panjang, sambil menatap sang sepatu dengan tatapan lembut, dia berkata “Wahai sepatu yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika memakai sepatu yang indah dan mewah sepertimu. Mereka akan menyimpannya di tempat yang terjaga, membersihkannya meskipun masih bersih, bahkan sekali-sekali memamerkan kepada sanak keluarga maupun tetangga yang berkunjung ke rumahnya”. Sandal jepit berhenti berbicara sejenak dan membiarkan sang sepatu menikmati pujiannya.

“Tetapi sepatu yang terhormat, kamu hanya menemaninya di didalam kesemuan, pergi ke kantor maupun ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sesekali saja. Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemakaiku pergi, bahkan aku sangat loyal meski dipakai ke toilet ataupun kamar mandi. Aku memunculkan kerinduan bagi pemakaiku. Setelah dia seharian dalam cengkeraman keindahanmu, maka manusia akan segera merindukanku. Karena apa wahai sepatu?. Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang spesial. Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan untuknya”, Sandal jepit berkata dengan antusias dan membiarkan sang sepatu terpana.

“Sepatu ! Sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek ketakutan untuk kehilangan. Untuk apa kepandaian dikeluarkan hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman.” Sepatu mulai tersihir oleh ucapan sandal jepit. “Tapi bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang”, jawab sepatu mencoba mencari pembenar atas posisinya. Sandal jepit tersenyum dengan bijak “Sahabatku! ditengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal, semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya”

Dari pintu toko nampak sang pramuniaga tergesa-gesa mengambil sandal jepit karena ingin bersegera mengambil air wudhu. Sambil tersenyum bahagia sandal jepit berbisik kepada sang sepatu “Lihat sahabatku, bahkan untuk berbuat kebaikanpun manusia mengajakku dan meninggalkanmu”

Sepatu menatap kepergian sandal jepit ke mushola dengan penuh kekaguman seraya berbisik perlahan “Terima kasih, engkau telah memberikan
pelajaran yang berharga sahabatku, sandal jepit yang terhormat”.

Edi susilo

Jumat, 08 Agustus 2014

Hari Rabu

meledaknya kompor draw: edwanov 2013



Apa bedanya Kompresor dan Profesor : kalau kompresor yang berisik  dan adanya di pinggir jalan sebagai membantu ban yang kempes, dan professor adalah bicara perlahan dan berfikir banyak …Ahaaa. Tong kosong bicara sembarangan masih mending kompresor tapi awas kena sensor. Sudahlah beda tipis sorrr sory…

Perempuan dengan penutup telinga digital, berpakaian sporty trendy masa kini, antara ingin berlari di treadmill atau menari. Saya harap menari di tengah ketidak pastian bukanya berjalan di tempat statis dengan treadmil. Antara mengamuk dan masuk kedalam keapatisan ini bukan juga perbedaan antara kompresor dan profesor tebak-tebakan anak sekolahan tadi di dalam metromini yang terlalu bising penuh distorsi. 

Apatis jadi teringat perempuan dengan penutup telinga digital dengan pakaian sporty dan terendy masa kini yang memendam kemarahan. Tak seperti supir dan kondektur metromini yang suka berteriak dan tak mau menghentikan laju jalannya bus, Kiri ..kirii.. laeiii dengan back sound mentromini yang khas penuh distorsi ringkikan bangku-bangku yang kosong, getaran kaca yang kusam, mesin dan knalpot yang bising berhembuslh asap penuh polusi. 

Dua Ibu muda sedang di mall membicarakan tas yang bau di belinya dengan harga yang tak masuk akal dengan pendapatan suaminya ..eehh mungkin hasil dari korupsi demi mengejar sebuah gensi yomaan..
Yomaan.. teriakan khas nyanyian reagge yang saya sering dengarkan tapi membosankan yomaan melu.. Yudoyono ora mangan.. mangan tuh malah sekali apa lagi setelah BBM naik susah merasakan makanan yang enak tapi yang penting kenyang.

Kenyang adalah penyakit kata sebgaian orang membuat kita tak bisa berpikir dan menjadi diam, wah berarti kemarin kenaikan BBM yang tak marah-marah serta amuuk itu yang pada kebagian kekuasaaan mungkin ehh kali aja dapat sogokan untuk tak marah.
Kalau kali itu mungkin sungai yang agak kecil yaa..

Edwanov Jakarta akhir bulan Juli 2013