Jumat, 14 Oktober 2011

cinta adalah katanya komazine


letter | edwanov


Siapa saja dapat bisa membuat zine cukup dengan lem + gunting + kertas + pinsil atau dengan notebook +program word+printer …hehehe dan sekumpulan niatan untuk mengerjakanya + sedikit uang untuk fotocopy yeah..  Jadilah sebuah zine it’s KOMAZINE  yang sudah di penghujung tahun come backnya komazine yang telah lama terdiam dan membisu  anatara batas kematian dan kehidupan di tengah  badai gelora kapitalisme yang tua dan semakin usang !!!

Zine adalah non-komersial, non-profesional,  majalah bersirkulasi kecil yang oleh pembuatnya dibuat, dicetak dan didistribusikan sendiri. Dibentuk oleh sejarah panjang media alternatif di Amerikkka sana, zine sebagai sebuah bentuk media lahir di tahun 1930-an. Pada waktu itu para penggemar fiksi-fiksi ilmiah, melalui perkumpulan-perkumpulan yang mereka buat mulai membuat media yang mereka sebut fanzine sebagai cara untuk berbagi cerita-cerita fiksi ilmiah, opini serta berkomunikasi diantara mereka. Empat puluh tahun kemudian di pertengahan tahun 1970-an, pengaruh yang besar pada zine terjadi saat para fans musik punk rock dimana mereka jelas jelas tidak menghiraukan media media musik mainstream dengan mulai membuat zine tentang musik dan kultur mereka tersebut.

Sedangkan menurut saya sendiri, zine adalah sebuah perayaan perlawanan, kebebasan berekspresi, pemberontakan dalam sebuah media diluar media yang ada selama ini yang mendominasi.

Memang pada kenyataannya sekarang ada juga yang dinamakan e-zine atau elektronik zine, namun disini saya mau bicara tentang zine tradisonal yaitu zine cetak saja…

walaupun memang awalnya adalah komunitas Dunia Bawah Tanah atau underground yang membuat media ini masuk ke dalam komunitas lainnya, sayangnya karena keterbatasan topik serta distribusi yang belum besar membuat zine seolah menjadi sebuah media eksklusif yang menuntut kualifikasi-kualifikasi tertentu untuk membuatnya. Padahal zine tidak pernah memiliki sebuah cara baku untuk membuatnya, isinya, apalagi pembuatnya. Semua orang bisa membuat zine karena zine adalah tentang semua orang. Punk bukan punk, anak underground atau bukan, anak kecil atau orang tua sekalipun, sendirian maupun beramai-ramai, zine bahkan tidak pernah menuntut pembuatnya untuk menjadi dirinya sendiri! Seseorang bisa saja menjadi seorang anak kecil, seorang perempuan nepal, seekor anak srigala, bahkan sebuah palu atau arit di dalam zinenya tanpa seorang pun berhak menilainya penipu ataupun aneh, karena zine adalah sebuah perayaan kebebasan berekspresi dalam sebuah media cetak yang tak berbatas.

Zine dinilai seharga biaya ongkos kirim atau biaya ganti fotocopy /cetak  hingga beberapa Indonesia dollar  rupiah ( IDR ) saja, namun barter atau saling bertukar dengan zine juga ok !

saling bertukar zine dengan zine adalah umum dilakukan dan merupakan bagian dari budaya yang sudah diketahui sesama para pembuat zine. Distribusi umumnya dilakukan dari satu orang ke orang lainnya melalui pos, dijual di toko-toko buku dan musik, dibagikan atau barter di konser-konser punk,aksi-aksi massa di jalanan, pertemuan para penggila fiksi fiksi ilmiah dan pemberontak. Mereka diiklankan melalui mulut-ke-mulut dan media jejaringan social.

Karenanya saya tidak pernah menyukai peletakkan zine di distro/lapak  dalam arti dilihat sebagai produk/komuditas, karena saya percaya zine adalah sesosok manusia dalam sebuah bentuk media cetak yang ingin sekali berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang di luar sana. Di dalam sebuah zine, khususnya zine-zine komunitas, akan terasa sekali istimewanya komunikasi serta pesan-pesan secara personal yang ingin disampaikan oleh para pembuatnya walaupun dalam bentuk tulisan saduran sekalipun serta cara mendisain yang mungkin secara umum ada yang mirip. Walaupun memang distro/lapak  bisa jadi salah satu tempat distribusi, namun rasanya muaak juga melihat jajaran zine-zine yang penuh debu di dalam sebuah distro/lapak  seolah melihat seseorang atau sekumpulan orang yang berteriak-teriak ingin mengobrol tapi tak kunjung ada seorangpun yang mau mengajak mereka bicara dan apakah mereka punya dunianya sendiri menjadi teralienasi di dalam kehidupanya ?

Zine dibuat bukan untuk uang, zine merupakan sebuah lilin kecil di tengah kapitalisme yang sedang sekarat. Zine untuk cinta. Cinta untuk berekspresi, cinta untuk berbagi, cinta untuk berkomunikasi, cinta untuk melawan, cinta untuk membebaskan dan cinta = CIu+ faNTA.
Dan sebagai salah satu bentuk protes terhadap sebuah budaya dan sistem  yang menindas, zine juga dibuat dari sebuah…Kemarahan!  rasa frustasi yang berefek kreatifitas yang melawan atau musnah menjadi partikel debu sebuah peradaban kapitalisme !!

So Far  !
So Good !
Sosialista !

….kapan nich, saya bisa liat zine kamu ?
…………………………...Barteran  yuk’s
...let’s go !

koma love letters

KOMAZINE  ….BUKAN UNTUK BIADAB

Brand in the Gank


Kelompok/gang dalam sebuah rasa keamanan di dalam hasrat untuk hidup di bawah belenggu kapitalisme yang penuh dengan label harga tanpa nilai ini, berkelompok dalam sebuah lingkungan sekolah/kampus,kampung mungkin ini menjadi sebuah fenomena atau juga hal yang baru di perhatikan oleh saya, dalam melihat hal yang baru sadar atau tersadarkan posisi saya melihat hal itu memang sebuah keadaan yang membuat

Kita merasa tak aman bila tak dalam sebuah kelompok/gang tersebut. Keterasingan dalam hidup di dalam kehidupan bersosialisasi dalam kehidupan yang seperti didalam sebuah kotak kaca yang transparan seperti di dalam akuarium yang penuh dengan sebuah imajinasi hedonis,kemewahan dengan penindasan hasrat yang membelenggu dalam sebuah keinginan yang tak ada habisnya dalam mendefinisikan sebuah kebutuhan-kebutuhan baru belum tentu kita perlukan cuma persepsi kita yang terbelenggu hasrat yang terecoki oleh pariwara yang semakin kuat menghajar kita tiap mata kita memandang,memasuki alam meditasi.

Dalam survive hidup di dalam sistem yang mencekik leher dalam hidup ini semakin teralienasi dengan individu lainya. Dengan semangat individualisme demi kepentingan diri sendiri. Berekelompok merupakan suatu kebutuhan dalam hidup mahkluk sosial, gang atau kelompok yang berdasarkan sesuatu hal kesamaan pengguna brand tertentu atau pun menjadi budak penggila brand motor A atau B bastrad semua cuma berdasarkan brand kesamaan pengguna bukan sebuah alasan yang mendasar yang kuat bagi sebuah keterikatan dalam sebuah kelompok, semuanya itu cuma berdasarkan pada sebuah prestise,fanatisme pada merk/brand tertentu.

Persaingan komunitas/gang yang berdasarkan fetish brand memang sengaja di ciptakan untuk konsumen loyal dan setia menjadi budak yang setia menuntut konsumsi yang meningkatkan barang2 brand yang menjadi identitasnya yang tak kreatif di paksa mencari indentitas yang kreatif di dalam konsumsi brand tertentu,yang akan terus menipudaya kita untuk memenuhi sebuah prestise semata bukan apa yang kita butuhkan.







#edwanov#