Minggu, 25 Oktober 2009

Mempertanyakan Ontologi dari Pendidikan

Aku berfikir maka Aku Ada

(Rene Descartes)


   Sebuah masterpiece dari Descartes yang begitu bermakna sama bermaknanya dengan Tesis yang diajukan oleh Marx bahwa kesadaran ditentukan oleh lingkungan sosial. Di tengah situasi politik Indonesia yang sedang obral janji, dan ditengah para capres – capres yang sedang beradu strategi untuk bagaimana memenangkan pemilu dengan cara ‘bersih’ dan ditengah para aktivis kampus yang sedang berupaya untuk membangun masa untuk turun kejalan menentang BHP bangsa ini lupa tentang ontology dari pendidikan. Masterpice Descartes dapat kita pecah menjadi satu bagian penting yaitu berfikir. Berfikir memiliki keterkaitan dengan pendidikan. Melalui pendidikan kita diajak untuk berfikir. Atas dasar hal tersebut kemudian kita dapat mempertanyakana dua hal penting yaitu: apa itu pendidikan, apa yang ‘ada’ dalam pendidikan.
Apa itu pendidikan?

   Pendidikan memiliki definisi yang beragam, bahkan terlalu beragam sehingga tidak cukup untuk dituliskan, tetapi makna penting tentang pendidikan tidak terdifisikan secara formal. Noam Chosmky pada Neo Imperialisme Amerika Serikat memberikan makna penting tentang pendidikan. Mengacu pada John Dewey dan Russell Chomsky membongkar bobroknya sistem pendidikan Amerika Serikat. Dewey memaknai pendidikan sebagai motor perubahan sosial. Perubahan sosial diarahkan untuk terciptanya masyarakat yang lebih adil dan lebih bebas. Betrand Russell memandang pendidikan ialah “untuk menghayati nilai – nilai selain dari dominasi”, untuk menciptakan warga Negara – warga Negara dari suatu komunitas yang merdeka,” untuk mendorong terciptanya suatu kombinasi antara kewarganegaraan yang bebas dan kreativitas individua1l. Atas dua argument itulah Chomsky mengkritik pendidikan di Amerika Serikat. Pendidikan di tempatnya tinggal hanya menciptakan mesin – mesin yang tunduk pada kebijakan Amerika yang cenderung Imperialis. Fakta yang diajukan olehnya adalah adanya orang - orang yang mendikte orang lain bahkan cenderung memanggap remeh.

   Kondisi state of affair inilah yang menjadi kritik Chomsky bahwa makna penting bagi pendidikan adalah sebagai motor perubahan sosial dan mendidik orang menghargai nilai – nilai selain dominasi. Fakta yang diajukan oleh Chomsky layak jadi bahan refleksi filosofis untuk kita semua. Fakta ini menunjukan bahwa hasil pendidikan Amerika serikat ada menciptakan dominasi nilai. Nilai tentang Amerika yang Kuat, Hebat, Cerdas sehingga memandang remeh orang lain. Relevansi dari fakta tersebut dengan kondisi Indonesia saat ini adalah memandang tinggi kualitas pendidikan luar negri. Dominasi nilai yang hadir adalah memandang ukuran pendidikan dari Barat tidak berkaca dari dalam Negri. Mungkin muncul justifikasi bahwa pendidikan di Indonesia memang masih kurang, hal ini ditandai dengan fakta empiris dimana sebagian fasilitas penunjang pendidikan masih kurang layak, tanah untuk membangun sekolah semakin kurang dibandingkan untuk membangun mal – mal mewah, tetapi pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan kondisi justifikasi itu hadir apakah setelah pasar bebas sehingga generasi dibawah kita tidak dapat sekolah dan hanya bisa kerja dengan upah yang murah, atau pada generasi kita merasakan bahwa natural selection menghasilkan kita sebagai kaum yang kalah dalam Negrinya sendiri.
Apa yang ‘Ada’ dalam pendidikan?

   Tesis Marx ‘kesadaran ditentukan oleh lingkungan sosial’ berguna untuk mengkritisi pendidikan. Sayang sekali bangsa ini memiliki penyakit traumatis yang kronis dengan Marx apalagi kaum Militer dan laskar-laskar sipil sejenis FPI.MAJELIS RASULULOH .Kesadaran ditentukan oleh lingkungan sosial berarti bukan kesadaran secara murni tetapi psedo kesadaran. Argument ini dapat menjadi antitesa bagi cogito Descartes, tetapi akan memunculkan sintesis yaitu tentang ‘ada’ dalam pendidikan.

   ‘Ada’ dalam pendidikan mengacu pada Marx terdapat struktur yang mengkooptasi pada level kesadaran sehingga berakibat pada pendidikan. Kelas berkuasa menjadi jawaban yang diberikan oleh Marx. Hal ini dibutuhkan bagi kelas berkuasa untuk mempertahankan kekuasaanya. Kesadaran saja tidak cukup bagi kelas yang berkuasa maka melalui pendidikan kelas berkuasa memperluas wilayah kekuasaanyan. Louis Althusser melalui Aparatus State Ideology semakin memperjelas bahwa apa yang ‘Ada’ dalam pendidikan adalah sebuah kooptasi dari kelas yang berkuasa.

    Berdasarkan dua pertanyaan; Apa itu pendidikan dan Apa yang ‘Ada’ dalam pendidikan adalah jalan bagi kita untuk mempertanyakan ontology dari pendidikan. Hal tersebut masih sangat relevan mengingat kondisi pendidikan Indonesia serta setelah melewati hari pendidikan nasional yang membutuhkan perenungan lebih mendalam bagi kita semua baik itu para capres, partai politik, serta aktivis kampus.
    



# Adityo Anggoro Saragih,
Mahasiswa Filsafat UI  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar