Ibu kota yang ketika berbicara
menjadi cukup akrab dengan orang asing di kendaraan umum dan pastinya akan
dianggap aneh, dan ketika mengucapkan salam atau permisi di gang-gang pemukiman
padat sambil tersenyum menjadi suatu keluarbiasaan Jakarta yang terlalu keras
penuh curiga dan tak peduli lagi dengan orang lain atau pun lingkunganya.
Berhimpitan gedung penuh sesak,
tersesat di gang-gang mirip labirin tetapi cuma bisa dilewati satu orang saja
kalau berpapasan terpaksa harus bersenggolan hahaa inilah namanya gang senggol
brur and sez.
Suasana Jakarta yang penuh suka
cita dengan kemacetanya yang membuat di rindukan oleh penduduknya, kalau tak
macet menjadi seduikit aneh bahkan agak was-was takut ada razia ..hhehe.
Barisan kuda besi saling memacu di jalan raya penuh debu di tengah teriknya
mentari. Pemandangan sehari-hari naik motor bertiga ..hmm mungkin kalau dahulu
kala ada sebutan pria hidung belang tapi sekarang ada juga sebutan buat wanita.
Wanita leher belang hahaha.. biasanya dapat kita bisa jumpai di jalan-jalan,
mal, diatas jembatan bahkan di pinggiran kali atau mereka sedang naik motor
bertiga dengan celana gemes sebuah fenomena yang tak terlalu aneh lagi terlalu
pedas membuat mata perih chili-chilian ini.
Waktu merayap begitu cepat di
penghujung Desember yang tak seperti lagunya Counting Crows - A Long December dari pemutar mp3 ini.
Sepi senyap Jakarta yang katanya tak pernah tertidur ini sehabis hujan setelah
siang yang teralalu terik. Dan di saat purnama datang dengan lolongan anjing
kampung yang penuh luka yang tak kunjung mengering di seluruh tubuhnya ada satu
anak manusia keturunanya Adam dan Hawa yang menjelma menjadi makhluk bebas
bersama iringan The Doors lama-lama terdengar samar-samar. Bukan pengaruh dari
air 25% (alcohol). Tidak juga dengan kepulan asap marijuana pula. Hanya saya
sendiri yang berfantasi sambil menatap langit malam. Melesat ke langit ketujuh penuh imaji yang
basi yang terlampau tinggi sekali dan tak mau jatuh seperti pesawat air asia
itu.
Dari kejauhan rumah ini di tepi
sudut gang buntu menampakan pemandangan sebuah perjamuan penuh cinta (CIu
campur faNTA) untuk melepaskan dari hembusan angin malam yang semakin menusuk
kulit di luar sana. Terhentak lolongan anjing penuh luka itu karena tadi siang
habis bertarung demi mempertahankan daerah kekuasaanya dari anjing pendatang
baru yang tinggal di rumah sebelah yang nampak menjadi terlalu mewah di antara
deretan rumah di kampung ini yang sederhana tak pernah merana karena
kegelamoran metropolitan.
Syren dan Kopi
|Nyanyian Merdu Putri Duyung di Tengah Kota|
“No siren did ever so charm the ear
of the listener as the listening ear has charmed the soul of the siren.”
~ Henry Taylor
Nyanyian yang
mendayu-dayu pengantar tidur menuju keabadian, Syren melambaikan nada-nada
kematian dalam sebuah café. Siapa
itu Syren? Jauh berbeda dengan ratu setan atau semacamnya, Syren sendiri adalah
putri duyung berekor kembar dalam mitologi Yunani yang menjadi lambang
starbucks. Adalah dalam Mitologi Yunani sendiri, Syren atau ‘’’Seirenes’’’
(bahasa Yunani: Σειρῆνας) adalah makhluk legendaris, termasuk kaum Naiad (salah
satu kaum nimfa yang hidup di air) yang hidup di lautan. Mereka tinggal di
sebuah pulau yang bernama Syrenum Scopuli, atau menurut beberapa tradisi
berbeda mereka tinggal di tanjung Pelorum, pulau Anthemusa, pulau Syrenusian
dekat Paistum, atau di Capreae, yang mana semuanya adalah tempat-tempat yang
dikelilingi oleh batu karang dan tebing. Mereka mempunyai suara yang sangat
merdu, mereka sering menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para
pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang
dan tenggelam. Begitu juga kita yang menjadi bagian dari konsumen, terpikat
dengan nyanyian merdu sebuah prestise brand sebuah Starbucks hmm.. sesaat
hasrat ingin menikmati sebuah prestise meminum kopi dan duduk disana dengan
sebuah kebanggaa sebagai eksistensi dianggap sebagai manusia yang sama-sama
terbuai oleh nyanyian konsumtif.
Konsumtif
merupakan sebuah kebutuhan akan sebuah eksitensi dan prestise dalam setiap diri
manusia untuk dianggap keberadaanya dengan mansia lainya sebagai standarisasi
hidup di dalam system kapitalisme. Di mana setiap orang terbelengu hidup tak
merdeka, karena mereka terjerat oleh hasrat yang di buat oleh kapitalisme dalam
mengumpulkan modalnya. Menghisap nilai kerja dan upah para buruh.
Nyanyian merdu Syren yang sampai di telinga
mengajak untuk konsumtif, duduk-duduk sambil menikmati dunia maya dan ngopi
lagi… penuh dengan gengsi semata walau nanti pulang sampai di rumah harus
mampir ke warkop dan menghutang satu gelas kopi dan sebungkus rokok dengan
obrolah hangat hari ini yeah.
“ Usia saya saya akan
selalu tetap, kepala di awan dan mulut penuh kue. ”
~ Morissey
Ketika mentari pertama di tahun ini panasnya meresap ke kulit
ari, mata masih ingin tertutup lagi tapi Aku ingin menikmati pagi hari pertama
di tahun yang baru ini. Aku benci untuk berpikir bahwa, pertumbuhan hanya cepat
ketika pipi Saya & Anda masih memerah seperti dadu dan berembun seperti
pagi, ketika mata Anda adalah sepasang dua bola bulat penuh dengan sinaran optimisme,
ketika bau Anda & Saya seperti mentari dan semerbak bau permen loly pop mendorong
dan satu-satunya set kosmetik masa remaja Saya & Anda waktu itu mampu
membuat keceriaan sepanjang hari tanpa sebuah kegundahan.
Suatu hari Saya & Anda akan berhenti tumbuh dan menjadi
sangat lambat, segala sesuatu yang lain akan tampak bergegas, dan bukan itu aku
takut menjadi tua, itu adalah rasa terdistorsi oleh bisikan waktu yang berjalan
laju berlari sangat kencang, ketika Anda kehilangan kemampuan membuat lompatan
dengan cepat. Saya ingin terus maju, tumbuh terus sepanjang nafas berhembus,
seperti Anda ya.. kalian semua dan setiap makhluk megah lain di dunia ini.
Sepertinya tadi malam saya melihat begitu banyak lampu di
kota ini begitu berbeda. Dan beberapa orang terbungkus dalam tirai dan etalase.
Dalam pinggiran hitam dan nuansa lain dari biru yang sedikit gelap. Tapi tidak
begitu banyak tanda-tanda perdamaian kepulan asap dari rokok batang terakhirku
membuat udara yang menjadi gelap tak ada ujung. "Apa yang anda pikirkan?
Pertanyaan FB saat membuka" bermain di lingkaran sepertinya tak berujung
jalan keluar, tak terdengar keramaian, diam dari dalam kepalaku. Tulisan surat
kabar hari ini terasa berhuruf tebal tanpa tanda baca menghabiskan nafas
panjang yang terengah-engah oleh usia. Aku ingin hidup seribu tahun lagi kata Chairil
Anwar, tapi menjadi tua adalah kodrat alami manusia.
Para pelakon ini seperti
kehabisan peran panggung ini: dunia sandiwara.
Mungkin Aku salah satunya:
pelakon yang tak punya peran. Berpura-pura menjadi penonton yang baik. Ada,
penonton yang enggan untuk pulang, menari di tarik terus diulur serangkai rantai
berpegang pada cahaya yang nampak telanjang di tanggakap mata. Panggung ini
seperti di punggungi kebimbangan sunyi penuh ratapan dan air mata darah. Sepi
pun ikut bertepuk di bangku kosong dengan hembusan angin yang tak berubah
sedikit pun dingin mengigit kulit. Langit-langit membikin semacam hujan
menaburkan warna kelam dan aroma amis darah .
Remang-remang datang menghampiri
keragu-raguan mengatur bayang-bayang. Panggung ini seperti bangku penonton yang
tak panjang, bimbang, ikut menahan hati gemetar dengar jeritan masa lalu yang
terkubur begitu dalam. Seperti dalam makam, liang yang dalam, tapi tak bisa beranjak keluar. Ada yang berziarah
menaburkan melati dan menyirami dengan air mawar, harum itu, satu-satunya kabar
yang membuat warna mirip cahaya pembebasan tapi selebihnya abu-abu bahkan
menghitam dalam gelapan penuh misteri yang seakan tak ada habisnya. Misteri
yang tragis tak sedap untuk di kenang enam lima pun terkekang erat masuk
kedalam liang yang semakin dalam.
Saat hujan tak henti-hentinya
turun membasahi tanah Jakarta, sekedar mencari tempat untuk terhindar dari
guyuran air yang tertumpah begitu deras dari langit yang sedang bersedih
melihat buruh yang terpaksa mengangur karena habisnya masa kerja, petani yang
terbakar kulitnya tapi hasil panennya jauh dari apa yang mereka curahkan demi
meperoduksi pangan dan hasilnya mereka harus terpaksa menjual hasil kepada para
tengkulak dan mau tak mau menjaual sawahnya demi menyekolahkan anak-anaknya
tapi anak-anakanya sudah sekolah SD, SMP, SMA sampai perguruan yang tinggi
berharap untuk merubah nasib dan kelas sosialnya terpaksa harus mengangur
karena mereka hanya menjadi penonton karena banyak sekali pekeja asing yang
bekerja di negri ini dengan globalisai kapitalisme yang mencengkaran karena tak
ada lagi sebuah perlawanan yang kuat dengan persatuan rakyat tertindas.
Hmm melayang terbayang dari
desa-desa sampai ke kota akhirnya seekor kecoa membuyarkan sebuah lamunan yang
begitu nyata di depan mata. Mempersilakan seekor kecoa masuk terlebih dahulu ke
dalam bioskop, mungkinan kecoa tersebut penasaran melihat orang-orang mayoritas
anak-anak muda masuk ke dalam sana dan membayar begitu besar apa lagi dengan
atau tak berpenghasilan untuk menonton sebuah film yang berideologi propaganda
kapitalisme membawa sebuah pesan dan angan-angan tentang tak perlu melawan, apa
lagi menghimpun diri dalam sebuah organisasi perlawanan, hanya Cuma menonton
dan bermimpi melawan toh kapitalisme akan hancur dengan sendirinya hahahaha (mimpi saja).
hujan
Hujan tak reda juga sudah hampir
dua jam kurang lebihnya menunggu di dalam bioskop bukannya untuk menonton tapi
ya berteduh dari guyuran hujan. Menonton bioskop dan rupa-rupa para pengunjung
itulah tepatnya. Hahaha anehnya lagi banyak yang mereka lakukan sewaktu
menunggu mereka sibuk sekali masuk ke dalam dunianya sendiri mungkin termasuk
dalam katagori autis tapi mereka kan orang normal buktinya mereka menunggu
kekasih mereka atau kawan-kawan mereka untuk menonton secara masal di bioskop.
Dengan gadget terbaru pakaian
trendy masa kini menjadi untuk dianggap manusia dengan konsumtif maka kau ada,
kalau tak konsumtif kau bukan manusia tapi sejenis mahluk aneh berupa manusia
hahahaa tawa kecoa semakin nyaring terdengar mengelitik,” kenapa kau tak
seperti mereka?” yang tak bebas dan merdeka dari belenggu branding, pencitraan
yang prestise oleh sebuah produk yang sebenarnya mereka tak di butuhkan itulah yang
namanya konsumtif.
Uu November 2013 saat cuaca
sejuk, Jakarta |komazine| no.16|hujan
Ketika sesuatu yang tak terlihat namun membuat sedikit
kekacauan itulah ketut saling diam menuduh, mencari siapa pelempar bau. Memang
ketut tak berbentuk tapi menyengat, bau busuk menusuk-nusuk hidung ketika ketut
tak bisa di kurangi, tak bisa di kalikan tapi bisa di bagikan kepada siapa pun
yang mempunyai pernafasan yang sehat beda kalau hidung tersumbat terkena flu
nafas saja sulit apa lagi mencium bau. Ketut pun posisis arahnya mengikuti arah
mata angin, ketut juga bisa yang menyebabkan perang saling tuduh. Bahasa ketut
bisa di tulis tapi tak bisa di visualisakan, ketut cuma setinggi hidung namun
selanjutnya tak terhitung.
Kentut maaf saya kadang berbunyi kadang tidak berbunyi tapi
mungkin agak sedikit berbau busuk. Kalau kentut tak di keluarkan bisa membuat
perut ini sakit tapi kalau kentut di keluar merayap dengan peredam tak berbunyi
menimbulkan kekacauan hahahaha bau busuk
Banyak orang banyak bicara besar tapi tak ada bukti nyata, sepertinya lebih gampang kentut ketimbang melaksanakan kata-kata. Ketika dakwah di
campur sama kentut sang penguasa bringas membabi buta merampok uang yang bukan
haknya menjual kekayaan alam demi pundi-pundi kekayaan kelompoknya saja. Ah..
masih saja sepeti hikayat dulu salah sendiri jadi rakyat selalu tertindas, tapi
bukan untuk rakyat yang cerdas dan berlawan. Kalau belum mampu angkat senjata
mari kita berkumpul menghimpun kentut di depan penguasa coba pada mati kebauan
nggak mereka.. wkwkwkwk
Mudik kembali ke udik sungguh
membelenggu diri kedalam romantisme hidup yang sering kali melihat spion,
gambaran yang lalu masih di udik sana dalam kebersamaan. Mudik adalah sebuah. Ritual mudik selalu diawali dan diakhiri
dengan penuh perjuangan dengan bersusah payah. Tak jarang nyawa menjadi taruhannya untuk ritual
tersebut. Meski menanggung resiko
besar, ritual mudik selalu saja ramai dan menyenangkan untuk menyedot para perantau yang setia agar bersedia merefreshenergi yang kering kerontang seperti dimusim kemarau yang berkepanjangan akibat digilas putaran mesin waktu kehidupan yang terus berputar. Sebuah mesin raksasa yang menjadikan
manusia perantau bekerja bagaikan
mesin-mesin kecil yang dengan riuh rendah ‘memproduksi’ uang demi memenuhi
kehidupan sebuah mesin kecil
di tanah perantauan dengan menjual tenaga kejanya kepada pemilik modal (kapital).
Ritual mudik bukan saja terjadi
di Indonesia bahkan di China, Amerika Serikat, India pun terjadi ritual ini,
mudik sebuah ritual sebuah bangsa Indonesia yang terjadi dalam menyambut hari
raya Idhul Fitri bukan saja yang beragama Islam tapi semua orang merayakan ini.
Mudik atau pulang ke kampung halaman. Ritual yang mepertemukan pemudik dan
orang-orang yang tinggal di udik. Idhul Fitri adalah moment ritual ini di
jalankan kembali menjemput rasa kangen. Sebuah momen yang mempertemukan orang
tua, sanak saudara, teman dan lawan tanpa memandang jabatan, ras tau pun agama
yang ia anut. Di udik sana adalah sebuah tempat yang ingin melepaskan rindu
bertemu orang-orang yang lama tak bertemu di waktu selain di ritual mudik ini.
mudik di india foto:internet
Mudik sebuah ritual yang menjalin
silahturahmi tapi kini di rebut oleh kapitalisme sebagai sebuah ritual
konsumtif yang super gila sebagai ajang momentum pamer yang menggambarkan bahwa
dirinya sebuah modernitas yang terlalu dangkal. Membuat mata yang di udik silau
akan sebuah pameran konsumtif sebagai etalase pretise belaka. Mereka mepertanggung
jawabkan status social dari yang orang tuanya sebagai petani sebagai pekerja
yang sukses di perantauan yang merubah status sosialnya.
Mudik kini adalah sebuah hasrat akan sebuah
materi dan gengsi belaka. Itulah kapital (baca:modal) yang merebut ritual mudik
yang sebenarnya sesuatu yang sederhana yaitu berkumpul, menjalani hidup dengan
kesederhanaan dalam berpijak dengan bijak. Para pemudik adalah seperti kerbau
yang dicocok hidungnya oleh kapitalisme sebagai konsumtif yang setia yang di
sajikan oleh kapitalisme untuk menumpuk keuntungan dari para buruhnya yang
terjerat hasrat konsumtif ritual mudik yang tak terelakan.
UU September 2013
Komazine#16|hujan| Agustus 2014|bukan
untuk biadab
Minimalis : minimal ..efisien dan ekonomis, simple dan praktis
minin sesutu hal yang tak
maksimal ukuran terkecil dalam menciptakan hal yang maxsimal total menjadi
sebuah kesempurnaan.
minimalis Dia adalah yang serba terbatas dan praktis di katakan para
kaum postmodern merupakan sebuah padangan menghadap gelombang resesi ekonomi
global di tengah krisis yang membuat kapitalisme di tengah sekarat. Ketika neo-liberalisasi
gagal menyelamatkan kapitalisme dari krisis
yang di sebabkan oleh system
produksi yang over tak dapat di serap oleh konsumen dan pendapat untuk
pemenuhanan kebutuhan hidup.
Inflasi ekonomi adaptasi menjadi
sesuatu yang minimalis . Menari di atas kehidupan yang minim seperti upskrit
yang semakin minim semakin seksi dan menarik perhatian tapi tidak terlalu
seronok yang penuh estetika semata
bukanya fetis.
minimalis mengupayakan efektifitas dalam
menghadapi krisis dari kapitalis yang sekarat.
Mini itu adalah bentuk yang paling sederhana dan
ekonomis tetapi tak menyampingkan estetika.
Keadaan kaum minimalis yang
sanagat minim akan sebuah namanya sejahtera untuk mendapatkan pendidikan dan
kesehatan serta rumah yang sehat dan layak. Tekyan dan lumpen proletar
mengisyaratkan sebuah hidup yang minim dalam memenuhi kehidupan primer.
Minim di dalam hidup di era
kapitalisme yang sekarat, di atas sebuah petak kecil di tempat yang tak bertuan lahan sengketa atau pinggir kali
di bawah-bawah jembatan. Minimnya tindakan pemerintahan dalam mensejahterakan
tapi malah memusnahkan kaum urban dari perkotaan dengan operasi yusdisial yang di lakukan oleh apparatus Negara sebagai
alat penindasan terhadap rakyatnya sendiri yang semakin menjadi kaum minim yang tak
berpunya untuk menuntut hak sebagai warga Negara yang di akui ketika menjelang
pemilu.
Minimalis keterbatasan di dalam
sistem kapitalisme yang menatap kematiannya yang abadi. Minimalkan sebuah
keterbatasan yang berujung kepada kemaximalisasi perlawanan.
“Tari adalah lagu dari tubuh. Salah satu dari
sukacita atau rasa sakit.”
Saat
berjalan di tengah hari yang cukup panas tiba ada seorang melepar senyum dengan
rasa ingin tau dan cuman untuk bertanya jalan saja. Dan ternyata cukup lima
menit luangkan waktu kalian untuk tersenyum dengan orang lain atau sendiri di tempat
yang privat karena teringat sesuatu yang lampau jadi tersenyum sendiri, Tapi
senyum yang saya maksud bukanlah senyum-seyum sendiri tanpa ada sebab yang
jelas, nanti bisa-bisa disebut gila lagi hehhe.. Banyak loh rahasia serta
manfaat dibalik arti sebuah senyuman.Tapi senyum terus bikin gigi kering
dan smile’s you are became to crazy!!
Kalau
orang lagi falling love kebanyakan
tersenyum berseri-seri sendiri secara tak sadar, selalu terlihat ceria itulah
senyuman. Betapa pentingnya senyum kita ketika kita berjumpa salah seorang
kerabat atau klien walau mood kita lagi buruk sekali. Contohnya ketika kita
berjabat tangan hal yang tidak mungkin ketika kita berhadapan langsung dengan
seseorang tersebut bersikap atau menampakan wajah yang sangat asam memang kalau
senyum itu manis banget, apa lagi pas minum kopi di senyumin kakak yang cantik .
Banyak
juga orang yang salah mengartikan senyum tapi banyak juga yang beranggapan
bahwa senyuman mampu mencairkan suasana yang beku, apa lagi kalau tertawa
hahaha bisa cair banget yang tadinya suasana beku & kaku , jaim , galau semuanya
hilang seketika wkwkwkwk.
Mungkin
ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bisa mencairkan suasana atau pun
suasini hahaha salah satunya seperti itu tadi tersenyum J.
Tidak akan pernah ada ruginya sebuah senyuman, apalagi jika senyuman yang kita
layangkan dibalas dengan senyuman kembali oleh orang yang kita tuju atau pun salah
kita tuju. Ada satu fakta lagi yakni dengan senyuman ternyata mampu membuat
diri kita tampak lebih muda jika dilihat manfaatnya dari sisi kesehatan.
Kalau
susah tersenyum kalau kata temen Gue, mendingan ganti tuh rok eh, rokok lo tuh
sama tobako atjeh yang membuat menjadi rileks and keep smiling ..yomaan.
Dimanapun dan kapan pun kita bisa saja tersenyum bahkan dengan seseorang yang
asing tak di kenal. Senyum pun bisa diartikan bentuk lain dari keramahan
seseorang, siapa yang tak mau bersahabat dengan seseorang murah senyum. Siapa
juga yang tidak menginginkan memiliki pasangan yang selalu membuat kita
tersenyum? Dari pada cemberut penuh emosi ahh teriaaak ah minta senyumannya,
senyum terus nanti di anggap gila loh, lalu kita kan bangsa yang ramah tamah.
Tapi ngak kelebihan kali senyumanya mbak nanti dianggap stress ..gila wkwkwkwk.
Tapi senyuman memang ajaib ini yang pernah gue alami pas naik bus nggak ada
uang, terus gue lempar aja senyum ke kenek terus udah tau deh numpang depan
lai. Ada lagi pas nih cerita Tante Gue, yang dapet pacar gara-gara salah lempar
senyuman ke orang cuma karena cemas menunggu jemputan. Apa lagi pas UTS,
lagi meras otak manggil memori di folder pengetahuan eh, tiba-tiba cewek di sebelah bangku senyum manis, menggoda eh
ujungnya minta jawabanya Gue kasih terus gue minta jalan bareng ah lumayan bisa
makan gratis siang ini.
Hahahaaaa
…Senyuman lebih banyak manfaat yang bisa kita rasakan. Kalau kata tetangga Paman saya yang mengutip sebuah hadis pula
mengatakan “ Senyum adalah ibadah” tuh kan betapa beruntungnya manfaat senyum…..
gue nulis ini karena terinsipiasi senyuman seseorang Ibu yang lagi menunggu
dokter dan untuk kemotrapy karena anak
perempuanya yang kecil itu menderita kangker darah tapi ia selalu tetap tegar
dan melempar senyum ketika semua orang di ruang tunggu ini bermuka tegang penuh
dengan kecemasan dan rasa bosan.
video ini teringat gambaran sekolah summerhill (sekolah anarkis) yang memberikan keleluasan peserta didiknya untuk beraktualisasi diri dan dalam relasi setara (equal) di pendidikan.. bebas tanpa kontrol penuh pendidik dibebaskan untuk belajar atau mangkir, dibebaskan untuk bermain selama mungkin yang mereka mau, bebas dari indoktrinasi agama, moral, politik dan pembentukan karakter.. melawan pendidikan konvensional yang cenderung istilah kerenya membentuk robot-robot terdidik dan di jadikan pekerja yang penurut terus dikontrol pemilik modal yeah. video yang menggambarkan pemberontakan pelajar atas pendidikan yang membeo.. patut untuk di contoh karena sekolah itu pembebasan yang membebaskan kita dan lainya.
"Siapa bilang bapak dari Blitar? Bapak kitaa dari Prambanan.
Siapa bilang rakyat kita lapar? Indonesia banyak makanan ...mari kita
bergemberia. Bergembira semua..." Bung Karno, bersuka ria –anti nekolim
Siapa bilang bapak dari Blitar ..ehh para tim penulisan
naskah pidato presiden sepertinya masih menjujung tinggi De-Soekarnoisasi jadi ingat enaknya jaman ku
kata para penguasa jaman dulu orde baru yang selalu saja meperbaharui dirinya makanya
selalu saja di sebut orde baru dan selalu saja wangi untuk di kenangnya.penuh
tipu muslihat belaka yang terasa baru sekarang menanggung hutang jamanmu
Soeharto.
Piye bro !! ..orak
enak jaman Mu A..Suharto kata seorang Pria separuh baya yang nampak bersemangat
dan tak kalah gaya perlente dengan generasi sekarang. Di awal bulan Juni yang
panasnya terobati dengan sedikit guyuran hujan membuat Jakarta membaui tanahnya
yang harum, bila tersiram air hujan.
Sepertinya Tak mau
kalah juga dengan anak muda yang terlihat memadati salah bagian plaza barat
senayan dengan slogan bela negaraaa.. dengan nafsu belanja ehh.. konsumtif
ploduk-ploduuk eits produk-produk dalam negeri. Ehh tapi nampak ironis juga di
sisi timur yang sepi pengunjung pada hal sama juga ploduk ehh produk Indonesia juga bro..haha. tapi
kenapa mesti dengan konsumtif padahal sudah mempunyai banyak pakaian hehehe
demi penumpukan kemakmuran modal borjuasi nasional.
Dan siapa bilang bapak dari Blitar? Bapak kami dari Lengkong
…siapa bilang rakyat kita lapar Indonesia banyak singkong, bro.. jadi ngak
perlu panik dengan isu beras plastik buatan pabrik, masih banyak beras buatan
petani lokal. Tapi bagaimkan nasib petani selalu saja di permainkan dengan
harga pupuk mahal dan hasil panen murah jadi teringat seorang petani yang
bernama Marhaen yang pada saat itu bertemu Soekarno . Marhaen adalah petani
yang mengerjakan sawah sendiri (warisan orang tua), memiliki alat produksi
(perkakasan kerja) sendiri , hasilnya untuk menghidupi diri sendiri/keluarga
sendiri (tak ada kelebihan produksi untuk di jual), tidak memperkerjakan tenga
orang lain dan mempunyai rumah gubuk sederhana milik sendiri. Kalau kata
Soekarno Marhean adalah
diskursus klas atau susunan sosial masyarakat Indonesia.
Akan tetapi istilah itu tidak sempit merujuk kepada golongan
petani saja. Di buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Bung
Karno mengatakan, ia menemukan istilah marhaen pada usia 20 tahun. Artinya, itu
terjadi kira-kira tahun 1921. Bung Karno juga menyebut “tukang gerobak” sebagai
marhaen. Sebab, si tukang gerobak punya alat produksi, tetapi tidak menyewa
pembantu (tenaga kerja) dan tidak punya majikan.
Ini tidak terlepas dari perkembangan kapitalisme di
Indonesia. Kata Soekarno, kapitalisme di Indonesia itu, yang dibawa oleh
kolonialisme Belanda, punya kekhususan. Apa kekhususannya?
Ketika Belanda hendak menancapkan kuku-kuku kolonialismenya
di Indonesia, negeri kincir angin itu masihlah terbelakang. Kalau kata Tan
Malaka menyebutnya “negeri tani dan tukang warung kopi yang kecil-kecil.” Jadi,
Belanda sendiri belum merupakan negara industrialis saat itu. Sangat berbeda
dengan Inggris, misalnya, yang sudah berkembang pesat sejak mengalami sebuah revolusi
industri.
Kolonialisme ala Belanda ini membawa dampak. Belanda datang
ke Indonesia berlagak sebagai saudagar. Apa yang terjadi sebenarnya! untuk
memaksakan monopolinya di Indonesia, VOC melakukan pemaksaan dan perampasan.
Mirip dengan sebuah system akumulasi primitif dalam masyarakat pra–kapitalis.
Merampas barang dagangan—khususnya
rempah-rempah–dan kemudian di jual di pasar internasional.
Di jaman cultural stelsel tetap saja begitu. Hanya saja, di
sini kapitalis Belanda sudah mulai menanamkan modalnya di Indonesia. Itulah
mengapa Bung Karno menyebut imperialisme Belanda itu sebagai “finance-capital”.
Namun, sebagian besar kapital itu jatuhnya di sektor
pertanian/perkebunan. Sebagian besar kapital Belanda itu—hampir 75%, kata
Soekarno—hanya menghasilkan onderneming-onderneming: onderneming teh,
onderneming tembakau, onderneming karet, onderneming kina, dan lain sebagainya.
Di Hindia-Belanda (Indonesia), kata Soekarno, yang dominan adalah kapitalisme
pertanian saja.
Perkembangan kapitalisme yang demikian, menurut Bung Karno,
tidak akan menghasilkan klas proletar murni. Hanya menimbulkan system kapitalisme
pertanian ini menghasilkan susunan sosial masyarakat paling banyak merupakan
kaum tani yang melarat.
Sudah begitu, kolonialisme Belanda tidak menghasilkan
konsentrasi dan pemusatan industri modern di kota-kota. Akibatnya, kota di
Indonesia tidak tumbuh sebagaimana layaknya kota-kota di Eropa. Hingga awal
abad ke-20, mayoritas rakyat Indonesia, yakni 70-80%, masih dan teringgal di
daerah pedesaan.
Ini berbeda dengan di eropa. Eropa benar-benar
terindustrialisasi. Terjadi konsentrasi dan pemusatan produksinya di kota-kota.
Ini malahirkan kaum proletar 100%
(murni). Bahkan, klas proletar tumbuh menjadi bagian terbesar di dalam
masyarakat.
Sudah begitu, kata Bung Karno, hasil produksi onderneming
itu dijual di eropa. Akibatnya: ini uang bekerja di Indonesia, menggaruk
kekayaan alam Indonesia, dan dibawa lari ke negeri Belanda untuk dijual di pasaran
eropa, mendapat untung di eropa, untung itu dibawa lagi ke Indonesia, ditanam
lagi Indonesia, untuk mengeruk habis kekayaan alam Indonesia..dan seterusnya
seperti lingkaran setan.
Karena kapital Belanda itu orientasinya hanya untuk ekspor
alias bergantung pada pasar eropa, maka politik kolonial Belanda di Indonesia
tak berkepentingan untuk meningkatkan daya beli rakyat Indonesia. Karena itu,
tidak pula berkepentingan meningkatkan pengetahuan rakyat Indonesia.
Ini sangat beda sekali dengan kolonialisme Inggris di India,
misalnya. Kapitalisme inggris, kata Bung Karno, lebih banyak ke perdagangan dan
pengambilan bahan baku. Imperialisme dagang ini memerlukan pasar. Maka,
imperialisme Inggris di India berkepentingan untuk tidak membunuh daya beli
rakyat India. Imperialisme Inggris juga membiarkan berdirinya sekolah-sekolah
dan Universitas. Lahirlah nama besar: Mahatma Gandhi, Das, Tagore,Tilak, Dr. C. Bose dan Dr. Naye.
Kepeloporan Klas Proletar
Dan inilah gambaran kelas sosial masyarakat Indonesia sebagai
Negara dunia ketiga perkembangan kapitalisme, tidak mengarah pada “Negara industri
yang modern”. Kini yang terjadi malah namanya neoliberalisme justru menciptakan
fenomena “deindustrialisasi”.
Di akhir rezim milireistik orde baru, struktur industri Indonesia
malah menghasilkan pabrik-pabrik yang meperkerjakan 500 orang atau lebih dan
hanya meyerap sepertiga dari total jumlah tenaga kerja. Sedangkan du pertiganya
malah terserap, bekerja di dalam industri skala menengah (20-99 pekerja),
sekala kecil (5-19 pekerja), dan rumah tangga (1-4 pekerja).
Kalau kita melihat data dari BPS, jumlah keseluruhan unit
usaha di Indonesia mencapai 51,262 juta. Dari total unit usaha tersebut,
terdapat 50,697 atau 98,9% adalah usaha mikro, 520.221 usaha kecil (1,01%),
39.657 usaha menengah (0,08%) dan hanya 4.463 usaha berskala besar (0,01%).
Artinya, 99,99% usaha di Indonesia itu
masuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Tak mungkin terelakan lagi perkembangan kapitalisme di
Indonesia meningkatkan apa yang disebut sektor informal. Statistik resmi
menyebut angka pekerja sektor informal di Indonesia mencapai 70% saja.
Kategori sektor informal adalah pedagang kaki lima,
perdagangan kecil, perajin kecil, dan pertanian dalam skala kecil. Ini meliputi
keseluruhan sektor perdagangan mikro (asongan, PKL, calo,pengamen dll),
Industri pengolahan mikro (industri rumah tangga, kerajinan, dll), dan
pertanian mikro (petani menengah, miskin, dan gurem).
Artinya, mayoritas rakyat Indonesia sekarang ini sebetulnya
adalah pemilik produksi kecil. Dan, sebagian besar mereka itu, adalah
orang-orang yang membuka usaha sekedar untuk survive atau bertahan hidup dari
gempuran neoliberalisme, hidupnya dalam keadaan koma antara batas kematian dan
kehidupan.
Dalam konteks kekinian istilah marhaen Bung Karno masih
relevan untuk keadaan masyarakat sekarang. Ia masih ampuh sebagai pisau analis
klas terhadap susunan sosial masyarakat di Indonesia. Dan juga masih efektif
sebagai teori politik dalam kerangka menarik sebuah partisipasi mayoritas
rakyat Indonesia ini, yakni kaum melarat dalam menuju masyarakat adil dan
makmur.
Memang sejak 17 Agustus 1945 kita sebagai bangsa yang sudah …Merdeka
dari kolonialisme. Dan juga sudah 107 tahun yang lalu bangkit sebagai bangkitnya
rasa nasionalisme bangsa yang sama terjajahnya senasip dan sepenanggungan di
bawah sistem imperialisme yang menghisap sumber daya alam dan penindasan
manusia atas manusia serta bangsa antar bangsa.
Kebangkitan Nasional 107 tahun yang lalu, apa hanya menjadi
sebuah penanda kematian di bidang pendidikan yang semakin menjauh dari sebuah
pembebasan untuk membebaskan penindasan, kebodohan, dan kemiskinan. Dan
pendidikan Indonesia saat ini adalah pemenuhan kebutuhan pasar, yaitu kebutuhan
tenaga kerja yang siap untuk tidak kreatif, kritis dan mau untuk kerja lembur,
deadline dan siap kerja kontrak tanpa jaminan masa depan sebagai tenaga
produktif buruh tak mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak saja apa lagi
hidup sejahtera. Apa lagi untuk bersosialisai dalam hidupnya makanya ada
selogan buruh jomblo karena sistem kerja yang tak adil begitu memakan waktu
luang mereka untuk memenuhi target produksi. Dengan persaingan dan tenaga kerja
yang banyak dan murah menghasilkan kompetisi yang menguntungkan pemilik modal
(kapital) .
Cepat lulus sekolah : SMA, kuliah dan terus bekerja mengadu nasib
dengan sebuah ijasah yang baru-baru ini banyak di temukan ijasah aspal. Hmm,
Kenapa aspal yap’s.. asli tapi palsu tak perlu usaha bersekolah
yang menghabiskan waktu, cuma bayar dari sebuah lembaga pendidikan yang resmi
maka bim sala bim abra kadabra.. munculah ijasah yang menujang untuk
mendapatkan pekerjaan dan ada juga yang memenfaatkanya untuk naik posisi yang
lebih baik begitu pula upah yang di dapatkanya.
Bekerja demi memperpanjang hidup, kalau tak bekerja kita tak
selamanya bergantung kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
semakin bertambah saja kebutuhan pokoknya selain makan dan minum,
bersosialisasi dan kebutuhan baru seperti pakaian baru, pulsa dan gawai terbaru
untuk dianggap seperti manusia lainya.
“Jika waktu adalah uang maka kecepatan adalah sebuah
kekuasaan”. Paul Virilio, 2000. hmm.. generasi instan siap saji dalam kebutuhan
pasar akan tenaga kerja murah dan terus di eksploitasi tenaga kerjanya.
Lahirnya dari sebuah system yang tak adil yaitu kapitalisme berhasil
menciptakan sebuah generasi instan dimana sistem pendidikan mencetak generasi
muda yang produktif: Kritisisme dan kreatifitas yang dibonsai habis untuk
kepentingan pemilik modal dan tentu saja untuk keabadian sebuah sistem kapitalisme
itu sendiri.
Tanggal 23
Mei, 95 tahun yang lalu sebuah organisasi politik di jaman penjajahan yang
pertama kali memakai nama Indonesia. Organisasi politik yang pertama memakai
nama Indonesia pada tahun 1920, PKI
setelah kongres di Semarang resmi memakai Partai Komunis Hindia dan tujuh bulan
kemudian merubahnya menjadi Indonesia menurut mereka lebih menegaskan prinsip
perjuangan organisasi politik dengan menggunakan nama Indonesia.
Namun ada
versi lain yang mengatakan bahwa baru pada bulan juni 1924, melalui sebuah
kongres di Weltevreden, Partai Komunis Hindia berubah menjadi Partai Komunis
Indonesia. Oleh sebab itu Belanda mencap kata Indonesia sebagai kata komunis.
Untuk mencegah penyebarluasnya dalam gerakan pembebasan Indonesia.
PKI (Partai Komunis Indonesia) hubunganya tak sebatas kaum elite saja,
meski mayoritas anggotanya yang secara sosial, ekonomi dan psikologis berada di
kelas menengah: antara masyarakat tradisional dan modern. Ia juga memperluas
keanggotaannya ke berbagai kalangan: pedagang, agamawan otodoks, kaum ningrat
bawah, dan petani kaya, di luar Jawa atau bahkan tempat-tempat yang dikenal
berada di luar pendukung komunis. Perlahan PKI menjadi besar karena mampu
merefleksikan karakteristik pergerakan, yang menjembatani jarak antara konsep
tradisional dan modern. Pada 1924 PKI memiliki 1.000 anggota.
Ketika PKI lahir, dunia tengah diselimuti imperialism. Namun sudah ada
Kelas buruh dan terbentuk serikat-serikat buruh. Begitu pula sudah terjadi
Revolusi Sosialis di Rusia pada Oktober 1971. “PKI adalah anak zaman yang lahir
pada waktunya.” Membebaskan dari belenggu imperialisme, yang mencita-citakan
masyarakat tanpa kelas.
Walau katanya PKI tak sempat tua
ternyata sudah emapat puluh lima tahun dan di berangus oleh musuh ideologinya
yaitu kapitalisme dengan menggunakan tangan militer dan yang paling dominan
adalah perannya angkatan darat. Mereka melakukan adu domba di kalangan
masayarakat bawah dengan menggunkan milisi sipi untuk melakukan pembataian
terhadap para anggota simpatisan PKI dan para pendukung Seoekarno. Dan banyak
juga yang di penjarakan tanpa peradilan dan di tetapkan tap MPRS no.25, tahun
1966 tentang pembubaran PKI dan penyebaran paham Komunisme serta ajaran
Marxisme dan Leninisme. Undang-undang yang diskriminasi yang di tanggung oleh
anak cucu yang kebetulan menjadi anggota serta simpatisan dan bahkan yang di
PKI-an oleh rezim karena melawan pemerintahan rezim militeristik orde baru.
besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa
~ Wiji Thukul , 18 November 1996
Pada awal
mulanya, Mayday adalah hari rayanya kaum Pagan (penganut agama-agama kuno) di
Eropa. Setiap 1 Mei, kaum Pagan merayakannya sebagai hari pertama
berkecambahnya tanaman di musim semi. Masyarakat Celts dan Saxons kuno,
merayakan Mayday sebagai hari raya Beltane atau hari raya Api. Bel adalah Tuhan
Matahari bagi kaum Celtic. Tetapi, tidak ada yang menyimpulkan bahwa peringatan
Mayday di era modern ini, sebagai kelanjutan tradisi suku bangsa Celtic di
Kepulauan Inggris itu. Sejarah Mayday modern, adalah sejarah gerakan perlawanan
kelas pekerja terhadap penindasan kelas majikan/pemilik modal (baca kapital).
Perayaan
dimana hari lebaranya kaum buruh yang uniknya di Indonesia sebagai ajang silahturahmi
kalau May day pasti berramai-ramai bertemu di jalanan di tengah kota Jakarta. Peringatan
may day atau kata lainya hari buruh internasional selalu di rayakan di awal
bulan Mei , ini adalah tahun kedua 1 Mei di jadikan kembali sebagai hari libur
nasional di indonesia. Peringatan hari buruh internasional ini sendiri
dilatarbelakangi perjuangan kaum buruh di abad ke-19 untuk menuntut pengurangan
jam kerja menjadi 8 jam sehari. Pada abad tersebut, bekerja selama 18 sampai 20
jam sehari merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh kaum buruh.
Perjuangan menuntut pengurangan jam kerja menjadi 8 jam
sehari ini diawali oleh kaum buruh di Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Mei tahun
1886, puluhan ribu buruh di kota Chicago menggelar demonstrasi yang dalam waktu
beberapa hari berubah menjadi pemogokan umum hingga membuat puluhan ribu pabrik
terpaksa tutup.
Pada tanggal 4 Mei 1886, pemerintah merespon dengan
membubarkan paksa aksi kaum buruh dengan menembaki para buruh hingga
menimbulkan banyak korban buruh yang tewas tertembak. Insiden ini terjadi di
Haymarket, Chicago, yang kemudian menimbulkan reaksi protes keras dari kaum
buruh di negara-negara lain.
Setelah 129 tahun yang telah berlalu dari Peristiwa Haymarket, 1886.
Roda zaman terus putar. Modal
bertransformasi dalam berbagai bentuknya dan beranak-pinak tanpa mengenal
batas-batas negara. Modal besar mencaplok pemodal kecil. Kekayaan pun mengalir
dan terkonsentrasi pada hanya sekitar 1% penduduk dunia.
Sekelompok
kecil kelas kapitalis tersebutlah yang sekarang memerintah dunia, menjadikan
banyak tuan-tuan presiden dan para anggota parlemen, serta para kaum
intelektual menjadi agen langsung ataupun tidak langsung untuk mengekalkan
kepentingan mereka dalam mengakumulasi kapital(modal).
Pada
akhirnya, kemiskinan tetap merajalela, upah (daya beli) tidak berdaya terhadap
jumlah barang beredar, bumi tidak lagi tanah seindah impian. Masing-masing
orang berlomba-lomba dan saling berkompetisi untuk mengumpulkan uang,
mengutamakan dan mendewa-dewakan materi; terjebak commodity fetishism. Siapa
dapat dialah pemenang; Yang lain terhempas, adalah kesialan dalm sistem yang
memuakan ini (kapitalisme).
Negeri
dunia ketiga atau kata lainya negeri yang sedang berkembang kempis nyaris
sekarat dan hanya menjadi sapi perahan, nyaman terhisap sambil bermimpi hidup
bergaya seperti kelas pemodal dalam opera sabun mandi yang sudah tak lagi wangi.
Tunduk, tak bermartabat, mengidap inferiority complex. Sementara itu, kelas
kapitalis kecil dan menengah (borjuasi) harap-harap cemas dan terancam
bàngkrut. Pilihannya menyerah pada tuan kapitalis besar, menjadi budaknya atau
melawan dan kemudian tergilas dan mati tanpa ada perlawanan... manusia
untuk menghapus penghisapan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas
bangsa. Tak ada perubahan suatu kaum tanpa kaum itu mau merubahnya.
Jum'at 1 mei 2015
titik kumpul 9:10 jl.kimia 10:35 wib start megaria jl.Diponogoro, menteng jak-pus
10:00
menuju HI - MONAS- taman menteng
Mayday…
Mayday..
Hey hoo let’s go..
Selamat datang bulan Mei..
Buruh tetap tak terlelap hingga subuh penuh peluh diam meredam kata-kata. Petani tetap pergi menjemput rejeki kala fajar pagi menjemput walau badan terasa letih sisa kerja keras kemarin. Tetap akan ada jutaan anak sekolah jalan kaki bermil-mil dari rumah, meretas mimpi dengan gelisah setelah lulus masih adakan lowongan pekerjaan ketika banyak pekerja asing datang dan hanya menjadi penonton saja , negara tetap saja di kuasai para bandit dan cukong menumpuk modal demi sejahtera mereka sendiri ..merdeka mereka
~komazine
SELAMAT HARI BURUH INTERNASIONALE 1 MAY 2015
&
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MAY 2015
Tim kolektif media koma
089603556591
KOMAZINE - k o m a
P NasGor ( party NasiGoreng )
penatap langit
KBBT (komunitas baca-baca di taman)